Kala Rezeki Terasa Sulit di Raih...Apa Penyebabnya ?

in #indonesia7 years ago

IMG-20180114-WA0028.jpg

Assalamu alaikum sobat steemit sebelum kita beranjak ke tempat peraduan di tengah dinginnya malam karena seharian tadi hujan terus saja mengguyur...saya ingin sedikit berbagi akan sesuatu hal yang mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua khususnya yang tengah di rundung duka nestapa karena telah berusaha ikhtiar dalam mencari rezeki...

Sebelum jauh kita bicara tentang satu kondisi di mana banyak orang merasa sempit rezekinya, sudah berupaya keras namun belum juga diberikan. Merasa ikhtiar sudah maksimal, tetapi serasa Allah belum mengijabah apa yang diinginkan. Hidup terasa sulit, serba terbatas dan terkurung pada keadaan yang memprihatinkan.

Ada banyak hal yang manusia seringkali lupa tentang makna rezeki. Tidak perlu mengelak, bahkan diri kita sendiri pun masih menganggap jika rezeki itu sebatas ukuran duniawi, semata-mata nominal mata uang. Jika pendapatannya rendah, maka sedikit pula rezekinya, pun sebaliknya. Inilah sebab utama mengapa Allah masih menahan rezeki yang lainnya, ialah semata-mata karena gagalnya kita menyukuri hakikat rezeki yang sesungguhnya.

Masih diberikannya kita kepanjangan umur, kesempatan untuk memperbanyak bekal menuju Allah Subhanahu wa ta’ala. Di saat bersamaan ada banyak orang di muka bumi yang sudah dicukupkan, dipanggil pulang menghadap Sang Maha Kuasa lagi Adidaya. Masih dimudahkannya kita menghirup udara segar, di saat yang sama ada sebagian manusia yang harus menggunakan alat bantu pernafasan.

Masih diberikannya kita kesehatan, kelancaran dalam beraktivitas, sedangkan di belahan bumi lain ada orang-orang yang berjuang bertahan diri dari bencana alam, lahir dalam keadaan yang terbatas. Masih diberikannya kita kemudahan menjalankan apa pun ibadah yang diinginkan, sedang cukup banyak saudara muslim kita yang untuk menjalankan shalat saja harus bertaruh nyawa.

Ada tak terhitung rezeki yang selama ini luput kita syukuri. Padahal justeru yang seringkali dilupakan itu lebih utama dan tak ternilai harganya, dari sebatas jumlah mata uang. Maka sesuatu yang mendasar yang bisa menjadi salah satu sebab terhambatnya rezeki kita ialah kurangnya rasa syukur.

Bukankah Allah sudah mengingatkan dalam sebuah ayat yang seringkali kita dengar, meski terus gagal menjalankan. Dalam surah Ibrahim ayat 7, Allah Subhanahu wa wa’ala mengingatkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”

Selain itu, mungkin ada sebab-sebab lain yang menjadi penghalang turunnya rezeki, di antaranya:

(1) Berharap dan memohon pada selain Allah

Sudah sebuah kewajiban, tauhidnya seorang muslim menjadi dasarnya untuk melakukan segala sesuatu dalam kehidupan dan keseharian. Tak terkecuali memohonkan sebuah pengharapan. Sebagai manusia yang terlahir dengan fitrah kedhaifan dan kefakiran ini, sudah sepatutnyalah kita berharap pada ke-Maha Pemurahnya Allah. Hanya Dialah yang dengan segala kebaikan memberikan apa-apa yang kita butuhkan, bahkan tanpa kita minta sebelumnya. Adakah kita meminta kepada-Nya jika detak jantung harus berdeyut setidaknya 60 kali per menit? Adakah kita memohon pada Allah agar tangan dan kaki bisa difungsikan sebagaimana biasanya? Tidak perlu khawatir, Allah sudah mencukupkan. Sebab itu, mengemislah hanya pada Allah, jangan sekali-kali, meski hanya terbesit di dalam hati untuk memohon kepada selain-Nya. Sebab bukan rezeki yang akan kita dapat, melainkan murka dan azab pedih baik di dunia maupun kelak di akhirat.

(2) Tertutupi oleh dosa-dosa

Imam Al-Qurthuby menceritakan sebuah riwayat dari Ibnu Subaih, jika suatu ketika ada tiga orang yang datang pada Hasan Al-Bashri, ulama yang shaleh luar biasa. Orang pertama datang dan mengadukan jika di kampungnya sedang musim paceklik, dan karenanya ia memohon solusinya. Hasan Al-Bashri memberikannya saran, “ber-Istigfarlah engkau kepada Allah.”Orang kedua datang dengan keluhan keadaan miskiannya yang tidak kunjung membaik, Hasan Al-Bashri kembali menjawab, “ber-Istigfarlah engkau kepada Allah.”Datanglah kemudian orang ketiga yang mengadukan jika dirinya belum diikarunia anak, lagi-lagi Hasan Al-Bashri menjawab, “ber’istigfarlah engkau kepada Allah.”

Terheran-heran Rabi’in bin Subaih mendengar jawaban dari Hasan Al-Bashri kepada ketiga orang itu. Bertanyalah ia, “mengapa engkau perintahkan pada ketiganya untuk beristigfar?” Dengan bijaksananya sang ulama menjawab, “Aku tidak menjawab dari diriku sendiri, sebab Allah Subhanahu wa ta’ala telah menjelaskan di dalam firman-Nya.”

Pada surah An-Nuh ayat 10-12, tertuang firman Allah berkenaan dengan penjelasan Hasan Al-Basri, “Maka, Aku katakan kepada mereka, ‘Mohonlah ampunan kepada Rabb-mu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat. Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebuun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.'”

(3) Belum bertawakal dengan sebenar-benarnya penyerahan

Tugas kita sebagai manusia, hamba yang tiada daya dan upaya hanyalah berikhtiar, berusaha sekuat sebisanya. Sehebat-hebatnya kita, tetap tak akan mampu mengambil alih Kuasa-Nya. Segala sesuatu sudah terekam jelas di Lauhul Mahfudz. Takdir yang tertulis menyangkut tiga hal pokok, maut, rezeki dan jodoh. Sekuat apa pun kita mencari, jika belum ditakdirkan menjadi milik, tetap tak pernah bisa. Allah sudah menentukan, sebagai hamba manusia hanya mengupayakan untuk mengambilnya dengan cara-cara yang ditentukan.

Serahkan saja semuanya pada Allah, bukankah Dia sebaik-baik Pengatur kehidupan? Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Al-Hakim, yang sanadnya disahihkan oleh Imam Tirmidzi dijelaskan, “Seandainya kalian sungguh-sungguh bertawakal kepada Allah, sungguh Allah akan memberi kalian rezeki sebagaimana Allah memberi rezeki kepada seekor burung yang pergi dalam keadaan lapar dan kembali dalam keadaan kenyang.”

Sudahkan kita berpasrah dengan sebenar-benar penyerahan? Atau masih ada sedikit ketakutan di dalam hati kita, kekhawatiran akan kehidupan hari depan yang datangnya dari syaitan? Mari terus memperbaiki hati agar mampu meyakini Kuasa Allah sepenuhnya, tanpa tapi, tanpa ragu.

Demikian sobat steemit sekalian selamat beristirahat....

Sort:  

Siap pak Ustadz Hendra Azhar. Bagaimana kabar nya ? 86 komandan.

Kabar baik bang @elsistrisetiawan gimana kabar ente juga sama Dani Sumarno yah di Metra...