AKU PERNAH JADI...#5

in #indonesia6 years ago (edited)

Menjalani propesi berbagai macam merupakan sebuah keunikan. Jika sebuah pekerjaan kita lakukan sebagai hobby maka pada suatu saat pasti akan berguna.


Carpenter, Bas, Tukang kayu merupakan pekerjaan yang menyenangkan bagi saya. Hobby ini bermula dari keluarga. Bapakku memiliki berbagai macam keahlian. Salah satunya adalah tukang kayu. Bukan kepala tukang. Beliau menekuni kegiatan tukang untuk kebutuhan sendiri. Sehingga alat-alat tukang lengkap kami miliki. Sebagai anak-anak aku suka sekali menggunakan alat alat tukang tersebut. Gergaji, pahat, bor, dan alat alat tukang kayu sudah sangat familiar bagi ku sejak kecil. Dan aku mahir menggunakan peralatan tukang kayu manual tersebut. Membuat lemari, kursi dan memperbaiki yang rusak dapat aku lakukan. Bapak tidak pernah melarang kami menggunakan alat tersebut walau terkadang kelihatan berbahaya. Tetapi beliu malah mengajari bagaiamana menggunakanya. Sambil bercanda bapak pernah mengatakan kamu belajar ini bukan kamu harus jadi tukang, tetapi bekal untuk kamu tua nanti, kamu bisa berbuat apa saja. Kamu akan ada kegiatan. Dan jika kamu menikah nanti sebagai orang kampung kita akan malu sama mertua kalau memperbaiki kandang ayam saja tidak bisa. Aku ngak ambil peduli saat itu.
Aku belajar tukang ini dari beliau dan tidak bekerja pada orang lain. Jika ada sesuatu yang kubuat misal lemari pakaianku. Maka yang tidak bisa maka beliaulah yang mengajarinya. Karena setiap pekerjaan itu butuh ilmu dan guru.

Titik balik ini semua saat aku menikah tahun 2001. Aku masih belum punya pekerjaan tetap. Berharap dari tambak sangat tidak bisa. Karena kondisi lagi sulit. Saat itulah aku ditawarkan bekerja membuat mobiler sekolah. Dan itulah awalnya aku bekerja jadi buruh. Tukang perabot. Membuat kursi sekolah, meja dan meja setengah biro. Aku di gaji 30.000 sehari. Sungguh pengalaman pahit diawal awal membina rumah tangga. Tetapi tetap harus di jalani selama 6 bulan. Setelah itu aku mundur. Tidak sanggup. Aku bisa bekerja tapi menurut aku.. gaji ku sangat tidak layak. Tapi itu pengalaman buat aku. Saat itu aku ditawarkan kerja ditempat sekarang. Aku meninggalkan pekerjaan ini. Saat itu aku belum mengoleksi alat tukang kayu. Karen masih tinggal dirumah mertua.
Tahun 2005 saat rehap rekon pasca tsunami. Kampus meminta siapa yang bisa menjadi istruktur tukang kayu untuk pelatihan yang dibuat oleh Disnaker aceh utara. Aku menawarkan diri. Awalnya mereka ragu dengan kemmpuan ku. Tapi aku bisa meyakinkan mereka. Dan aku diterima. Gaji perhari 1.5 jt. Tak terbayangkan dari dulu 30 rb menjadi 1.5 jt. Dan Alhamdulillah sukses. Saat itulah aku harus mengoleksi semua peralatan tukang kayu. Untuk mempraktekkan kepada peserta.
Ternyata apa yang disampaikan bapak dulu benar dan tidak sia sia aku belajar.

Pengalaman ini terus aku praktekkan pada saat aku membangun rumah. Beberapa bagian seperti buat plafon aku buat sendiri. Pasang pintu dan lain-lain. Membuat kursi, pondok dan tempat jualan bisa aku lakukan berkat keahlian ini. Sesuatu yang bisa kita lakukan sendiri terasa lebih nikmat dan ada kepuasan tersendiri.

Memiliki keahlian sekecil apapun pasti bermanfaat dan berguna. Minimal untuk kita sendiri. Hal yang paling penting adalah saat kita membangun rumah atau hal yang berhubungan dengan kayu. Kita bisa membedakan jenis kayu untuk keperluan kita, sehingga akan sangat menghemat dan efisien.

Semoga tulisan ini menjadi cerita buat saya, dan bermanfaat

Salam

@muhammadabi

Sort:  

Congratulations, your post received 12.41% up vote form @spydo courtesy of @muhammadabi! I hope, my gratitude will help you getting more visibility.
You can also earn by making delegation. Click here to delegate to @spydo and earn 95% daily reward payout! Follow this link to know more about delegation benefits.