Ketika Orang Besar Tak Mampir di Steemit

in #life6 years ago (edited)

Mengapa banyak orang penting belum bergabung di Steemit? Benarkah para pengguna Steemit terlalu pongah menghadapi mereka?

ilustrasi - uang dolar pixabay.jpg

Ilustrasi: Pixabay

Ada sebuah pertanyaan menggelitik dari @zaimrofiqi dalam tulisannya berjudul MUSINGS ON STEEMIT AN OPEN LETTER TO @ned, @andrarchy, and @steem-ambassador): Mengapa orang-orang besar tidak bergabung dengan Steemit, sementara mereka adalah pengguna aktif akun media sosial seperti Facebook dan Twitter.

Sebelum kita sampai pada pertanyaan itu, ada baiknya kita mulai dari "khittah" Steemit. Saya kira Steemit harus ditempatkan pada "rel" yang benar: ini adalah blog (media sosial) berbasis blockhain. Ia tidak ada bedanya dengan blog wordpress, blogspot, kompasiana, indonesiana, dan lain-lain. Hanya beda teknologi dan Steemit memberi reward. Steemit menggunakan teknologi blockhain, yang terdesentralisasi. Sementara sistem blog lain tidak.

Soal reward, kini bukan lagi monopoli Steemit. Ada banyak situs dan blog komunitas yang juga memberi reward dengan sistem khas mereka sendiri. Bahkan, kini sudah ada sejumlah media sosial berbasis blockhain juga memberi reward dalam bentuk uang kripto. Ada yours.org, sphere.social, sola.ai, minds.com, mastodon.social, diasporafoundation.org, monkytalk.com, dan banyak lagi.

Bahkan, dari sisi jumlah pengguna, Steemit masih kalah jauh dari minds.com. Jika Steemit hanya 1 juta pengguna, minds telah mencapai 2 juta pengguna.

Dengan kata lain, jika tujuannya mencari uang dengan ngeblog atau membuat konten, banyak sekali peluang tersedia. Mulai dari media sosial dengan teknologi konvensional hingga blockhain. Mulai dari tulisan hingga hingga multimedia (audio-video). Jika Anda senang bikin video, youtube adalah ruang paling powerfull. Memang sharing pendapatan kecil, tapi kemungkinan tulisan Anda ditonton lebih banya orang sangat terbuka dan itu berarti pendapatan.

Jika Anda bloger penulis, di Indonesia ada banyak situs yang bisa untuk mendapatkan pendapatan dengan penulis. Sebut saja, beberapa di antaranya, adalah Idntimes.com, Babe.news, Brilio.net, Seword.com, dan lain-lain. Jika ingin main uang kripto dan tak punya modal, belajarlah menambang (mining) uang kripto secara gratisan yang banyak tersedia di internet. Mau nambang SBD (tanpa perlu nulis atau bikin konten) juga ada lo -- coba buka eobot.com dan pelajari cara mainnya.

02-steemit blogging.png

Maka itu, kita perlu menanyakan pada diri kita: mau ngapain kita di Steemit. Mau sekedar ngeblog, cari uang, dan/atau sekaligus berbisnis?

Pertama: jika ingin berbisnis, belilah steem atau steem dolar (SBD) untuk ditabung dan pada saatnya bisa dijual pada harga tinggi. Kita juga bisa "memainkan" steem untuk dijadikan Steem Power. Seorang pengguna Steemit yang punya Steem Power besar bisa digunakan untuk memberi kurasi (vote) pada konten orang lain sehingga dapat reward dari sana.

Jika SP besar, tentu akan banyak pula bloger Steemit lain yang memberi vote kepada konten Anda, karena mereka mengharapkan vote Anda. Tidak percaya? Cobalah periksa konten-konten orang yang mempunyai SP besar. Jadi, salah satu cara untuk menjadi seleb di Steemit adalah dengan menjadi investor. Jika Anda punya barang 10.000 Steem Power, "sampah" pun Anda posting akan banyak yang memberi kurasi alias vote.

Cara lain mendapat vote ya dengan membeli. Tak heran jika ada pengguna Steemit di Indonesia membeli vote sampai 20 SBD. Sah? Tentu saja sah. Ia akan mendapatkan vote sekitar dua kali lipatnya. Ada beberapa keuntungan. Pertama, Steem Power dia akan cepat bertambah. Kedua, reputasi dia akan cepat naik. Masalahnya, ini hanya bisa dilakukan oleh mereka yang punya duit. Jika tak punya duit, ya nikmati saja "kefakiran" vote dan reward. Dan bersyukurlah jika sesekali dapat durian runtuh dapat vote hingga 5 SBD.

Saya sejak awal melihat, Steemit adalah bagian dari ekosistem bisnis. Para penggunanya adalah bagian dari sistem bisnis itu. Steemit mendistribusikan uang kripto bernama Steem dan Steem Dollar (SBD) melalui kreator konten. Maka dari sana bisnis pun berkembang. Mulai dari bisnis menabung uang kripro itu, kurasi, hingga bisnis jasa vote. Mengirim "investasi" 20 SBD kepada sebuah akun jasa layanan vote dan memperoleh manfaat dua kali lipatnya adalah murni "laku bisnis". Ini adalah transaksi bisnis.

Kedua: jika ingin ngeblog, ya ngebloglah dengan baik. Bikinlah konten yang menarik. Tapi sebelum kita menulis, kita perlu bertanya kepada diri sendiri: apakah tulisan kita penting dibaca orang lain? Apa manfaatnya buat mereka? Apakah ada informasi baru bagi mereka? Apakah ada "gizi" yang bisa membuat mereka "puas"? Atau sekedar tulisan tak penting. Orang tentu tidak akan buang-buang waktu membaca hal tak berguna. Saya tidak akan membaca tulisan "similikiti".

Maka itu, saya sepakat dengan @zaimrofiqi, jika pun tak dapat uang, setidaknya kita dapat pengetahuan, informasi dan hal-hal berguna lainnya dari Steemit. Sebaik-baiknya karya adalah karya yang bisa dinikmati dan bermanfaaan orang lain. Manfaat ini tentu tidak selalu sesuatu yang berwujud benda, fisik, bisa juga berbentuk kepuasan,pengetahuan dan estetika -- keindahan.

Ketiga: Jika ingin cari uang -- saran saya -- jangan cuma tergantung pada Steemit, tapi lihat peluang-peluang media sosial lain dengan konsep serupa. Jika seseorang ngeblog untuk mecari uang hanya di Steemit, kemungkinan besar orang itu akan segera KO begitu melihat vote lebih banyak 0.0 sekian. Tidak mudah melewati masa-masa kritis: tulisan tidak terbaca oleh khalayak dan vote minim.

Sehingga masih mending di Facebook dan Twitter, meskipun tak dapat reward, minimal gagasan kita sampai ke khalayak. Mungkin ada yang bilang: itulah pentingnya komunitas. Pertanyaannya: seberapa besar peran komunitas dalam membantu anggotanya untuk berkembang. Ini bukan hanya soal vote, tapi juga tingkat keterbacaan tulisan anggota, hingga perkembangan kemampuan dan keterampilan mereka.

Mari kita ambil contoh kecil, yakni grup WA. Seberapa penting sebuah grup WA? Berapa orang dari sebuah grup WA yang membaca tulisan anggotanya dan memberi kurasi? Mari kita ingat-ingat dan menghitung-hitung. Mungkin tak sampai 10 persen. Saya sering terdiam melihat tulisan teman-teman di Steemit Budaya --misalnya -- yang cuma dapat 0,0 sekian. Ini ujian berat bagi kreator konten di Steemit. Untunglah saya sudah berhasil melewati ujian 0,0 sekian itu, haha...

04-blogger -- foto - pixabay.jpg

Ilustrasi: Pixabay

Kenapa orang-orang besar tidak mau bergabung dengan Steemit?

Saya punya jawaban seperti ini: Apa untungnya bagi mereka jika bergabung dengan Steemit? Ingat, pengguna Steemit masih sedikit dibandingkan Facebook, Twitter, Instagram. Jika ingin menulis pikiran dan gagasannya mereka tentu akan pilih tiga media sosial populer itu, yang langsung bisa dibaca puluhan ribu bahkan ratusan ribu orang. Sehingga sangat efektif untuk kampanye. Lalu di Steemit? Dibaca 20 orang saja sudah Alhamdulllah. Jadi dari sisi itu, tentu tak menguntungkan.

Mungkin Anda menyanggah, bahwa Steemit memberi reward. Iya benar. Tapi berapa banyak? Apalagi ketika kita -- yang lebih dulu hadir di Steemit -- dengan pongah berkata: "Semua orang di Steemit harus mulai dari nol. Di luar Anda boleh orang besar atau selebritas, di Steemit Anda harus buka "baju" kebesaran Anda."

Dengan sikap sombong seperti itu bagaimana kita bisa menarik mereka atau banyak orang lain untuk bergabung. Mustahil. Inilah cara promo Steemit yang keliru. Kita terlalu mendewakan para "selebritas" di Steemit. Padahal Steemit hanya dunia kecil. Ketika seleb Steemit keluar dari "tempurung" itu mereka juga bukan siapa-siapa. Harusnya kita tidak perlu terlalu pongah.

Kita juga lupa, para "orang besar" itu tentulah tidak mencari uang di media sosial, apalagi recehan dari Steemit. Yang mereka perlukan adalah bagaimana gagasan-gagasan mereka bisa dibaca banyak orang. Pilihannya tentu saja media sosial yang sudah populer seperti Facebook, Twitter dan Instagram. Jika mau cari uang, mendingan mereka menulis di media-media mainstream yang sudah pasti berhonor tinggi -- satu tulisan bisa dapat setara 100-500 SBD. Menulis di Steemit, satu dolar pun belum tentu dapat.

Saya kira itu saja catatan saya menanggapi tulisan @zaimrofiqi. Tulisan ini hanya refleksi saja dan tidak khusus menjawab penyair Zaim Rofiqi, tapi mencoba merumuskan apa yang saya pikirkan tentang Steemit. Mohon maaf jika ada yang merasa "tergelitik" karenanya. Salam sejahtera, salam mulia. Selamat melanjutkan ibadah puasa dan selamat menyambut Idul Fitri.

JAKARTA, 4 Juni 2018
MUSTAFA ISMAIL

Sort:  

Benar sekali bang @musismail
Saya sebenarnya merasa prihatin dengan team promo steem, mempromosi steemit sama emak-emak di desa-desa sambil menempel stiker di depan pintu rumah, pastinya yang mereka katakan adalah STEEM dan SBD. Tapi kita yang sudah disini, sebelumnya kan tergoda iming-iming juga, setelah bergabung ternyata tidak seperti yang terdengar sebelumnya. Dan, cerita orang-orang kaya mendadak di steemit membuat sebagian orang bergabung, setelah di tunggu beberapa bulan tidak kunjung kaya, akhirnya berhenti. 😀😀😀😀

ya banyak langkah keliru dilakukan dalam #promo-steem, terutama soal iming-iming itu. Kedua, sasaran (target) promo sering tidak tepat sehingga yang muncul banyak konten tak mutu dan buruk. Harusnya promo-steem dilakukan kepada orang-orang yang potensial menghasilkan karya -- bukan entah siapa-siapa..Jadinya seperti mengejar kuantitas saja tapi kualitas memble. Seandainya promo steemit lebih difokuskan kepada para kreator aku yakin steemit akan keren banget. akan asyik sekali menikmati konten di steemit.

Menurut saya, Steemit butuh investor, promo lebih kepada pengusaha, karena ini menyangkut mata uang kripto, bagaimana mempertahankan nilai di masa depan. Kemunculan ribuan kripto lainnya membuat orang banyak pilihan, tetapi suatu mata uang tetap kuat jika didukung oleh komunitas yang solid, saya melihat promo steem dengan cara mwmbajak menu buka puasa di menasah dan ditempel stiker, kemudian di foto jadi postingan. Itulah yang dilakukan tim promo.

Waw...suka, sampai klimaks membacanya. Pencerahan yang membangun. Membaca tulisan seperti ini memicu pola fikir Ana untuk menentukan berada di koridor yang seperti apa. Saya sangat setuju dengan tulisan ini. Tentunya tetap dalam koridor yang dibilang Bang @musismail dan Bang @zaimrofiqi . Yaitu berada pada konten yang bisa memberi suplay vitamin bagi para pembaca. Dari itu memicu semangat Ana untuk terus berusaha untuk memberikan tulisan yang bermanfaat bagi para pembaca. Sukses terus dan salam damai bahagia selalu. I like this.

Iya @willyana, sebaik-baiknya karya (dan perbuatan) tentulah yang memberi manfaat buat orang lain. Percuma kita berbuat atau berkarya tapi tidak direspon oleh orang lain. Jadi menulislah sesuatu yang menarik dan berguna. Terima kasih. Salam.

Tulisan yg sangat layak menjadi bahan renungan Steemian semua...
Soal "Jika mau cari uang, mendingan mereka menulis di media-media mainstream yang sudah pasti berhonor tinggi -- satu tulisan bisa dapat 100-500 SBD. Menulis di Steemit, satu SBD pun belum tentu dapat." ini sepertinya akan menjadi bahan tulisan saya berikutnya Mas...

Salam sukses selalu...☕❤

Terima kasih @zaimrofiqi. Saya kira dunia Steemit akan lebih semarak jika kita bisa memperlakukannya dengan cantik. Jika banyak konflik, pelan-pelan orang akan menjaga jarak dengan Steemit. Tidak produktif sampai bersitegang gara-gara hal sepele seperti beda cara pandang atau beda komunitas. Konyol sangat dan buang-buang waktu. Semoga ke depan akan lebih baik. Sukses untuk kita semua. Amin

Banyak orang besar dengan jiwa yang kecil @musismail, mereka biasanya angkuh. Kita mencari dan mencoba menemukan orang besar dengan jiwa yang besar, yang humble dan selalu merasa diri kecil. Karena di depan sang Khalik semua kita adalah hanya sebutir debu.

Setiap orang besar pasti memulainya dari hal kecil. Kita tidak boleh gampang menyerah dalam berusaha. Biarkan mereka tidak bergabung, yang paling penting adalah semangat silaturahmi tetap terjalin. Kalau tidak bergabung karena tidak mau menaggalkan baju kebesarannya, itu salah besar karena bagian dari sifat sombong.

Berkhutbah itu mudah. Tapi tidak mudah mempraktekkan dan menjalankan. Sebenarnya point saya: pengguna Steemit harus tahu betul ngapain dia di Steemit. Jika Anda tergoda dolar, jangan terlalu berhayal, tapi realistis saja. Jika Anda tidak mendapatkan apa yang Anda cari di Steemit, banyak platform lain bisa jadi alternatif. Steemit bukan agama yang kalau pindah (tempat berkreasi) kita bisa disebut murtad. Bawa rileks aja. Jadi bukan soal menyerah atau tidak menyerah. Realistis. Jangan terlalu tinggi bermimpi karena jika jatuh akan sakit sekali. Tetap semangat

Ini sebuah artikel hebat... Saya pribadi masih tertatih tatih di steemit. Sehebat apapun tulisan kita jika reputasi masih kecil tetap dipandang sebagai anak bawang. Setuju' sekali media ini adalah bisnis berbasis tulisan vedeo dan photography yang sedikit sekali memandang kualitas postingan, akan tetapi reputasi dan sbd menjadi tuhan bagi para stemian. Disamping harus ditulis dengan multilingual steemit juga didominasi oleh para stemian yang egois dalam memberikan vote. Berapa waktu yang dibutuhkan untuk menulis sebuah artikel, ternyata sbd yang diraup hanya o,o sbd. Belum lagi berapa steemit power terbuang secara percuma untuk memberikan vote pada postingan saleb dengan mengharapkan vote balasan,comen dan resteem. Kadang kadang mereka sudah mengamalkan ilmu batu, diam tak bergeming. Seperti karang diterjang badai di lautan steemit... Hadeuuuh steemit..steemit....!

Saya sependapat dengan beberapa hal di atas dan tidak pada beberapa bagian kecil Bro @musismail. Pengguna Steemit masih sedikit dibandingkan dengan platform lain adalah fakta yang tidak terbantahkan. Aapakah populasi menjadi target utama Steemit Inc? Kalau memang iya, mengapa mereka tidak memiliki proyek jelas ke arah sana? Steem Ambassador itu bukan bukan poyek Steemit, ya!

Setiap platform memang memiliki karakter berbeda dan penggila yang berbeda. Jadi, pada beberapa aspek, tidak dapat dibandingkan satu dengan yang lain.

Saya juga sering ditanyakan, apakah di Steemit ini kita mencari uang, mencari kawan, nge-blog? Apakah ada misi bisnis dan sosial di sini? Itu terpulang kepada masing-masing Steemians. Setiap orang memiliki mazhab berbeda. Bagi saya, di Steemit ada misi bisnis dan misi sosial. Saya mencari uang tambahan di Steemit. Misi sosialnya, sejauh ini saya belum menjual voting power dan steem power sebagaimana dilakukan orang lain (dan itu sah-sah saya). Kenapa, kalau saya menjual voting power kepada beberapa aplikasi pihak ketiga, maka saya tidak bisa mengkurasi atau tidak bisa mem-vote postingan kawan-kawan yang lain karena VP kian melemah. Karena memperlakukan akun Steemit sebagai media bisnis juga, saya melakukan trading di sini untuk mencari profit. Bagi saya, Steemit bukan sekadar posting, komentar, vote, dan sebagainya.

Seperti dikatakan Bro @musismail dalam kolom komentar, kita memang harus realistis saja kalau tidak ingin kecewa. Kalau mau mencari keuntungan di Steemit, tetapi kita bukan investor, saya pikir perjalanannnya sangat panjang dan berdarah-darah. Di sini banyak orang tidak siap dan kemudian menganggap Steemit tidak ramah bagi mereka.

Begitu pendapat saya. Silakan dikritisi.

Saya kira pandangan abang @ayijufridar sangat arif dalam menyorot dan memberikan solusi. Niat itu juga mempengaruhi hasil seperti halnya yang tertera dalam hadits arbain barang siapa mengejar dunia maka yang didapat sebatas yang dikerjakan atau diusahakan

Terima kasih @penasantri. Saya pikir, kita juga tidak boleh munafik bahwa di Steemit juga menjadi media mencari tambahan penghasilan selain kesempatan belajar banyak hal, terutama menulis. Juga mencari sahabat baru melalui berbagai even. Kalau ada yang menganggap itu semua omong kosong, itu mencerminkan karakter orang tersebut.