Brain broken

in #life6 years ago

Sebenarnya aku keluar hendak menuju kedai pangkas untuk mencukur misai dan janggut, lalu turun hujan, dan berteduh sambil menikmati kopi. Ketika sedang mencicipi kopi, aku teringat berewok syaikh Ali Jaber, berewok orang Turki dan berewok aktor pemeran Saydina Ali dalam film Omar yang tayang di MMC televisi, mereka seksi sekali.

Akhirnya aku putuskan tidak jadi ke kedai pangkas itu. Di dalam hujan ada dua perempuan keluar dari kedai baju, mereka berpayung, mengenakan celana jeans yang ketat sekali. Tahu bahwa dirinya diperhatikan, maka gaya lenggak-lenggok pinggulnya ketika berjalan semakin dibuat-buat, kami menyebutnya duo serigala. Adakah di antara kami yang terbesit dalam imajinasi liar untuk menerkam pinggulnya.

Aku tidak berpikir demikian, dan aku tidak tahu apa yg dipikirkan oleh ke dua temanku; yang jelas pikiran kami tercurahkan ke situ. Ketika hujan sudah reda, aku berjumpa dengan seorang kawan lama, aku suka sekali riwayat hidupnya. Ia dipersenjatai oleh kesatuannya beberapa jam selepas Megawati mengumumkan status darurat militer untuk Aceh.

Sebelumnya ia pernah dipersenjatai, tapi masih berupa trial. Saat ia ditugaskan untuk menyerang markas Koramil, anggota Koramil melakukan tembakan balasan dan mengejar para penyerangnya, ia dan kesatuannya melarikan diri, tapi ia terpisah dengan kesatuannya. Terpisah sendiri tanpa tahu tujuan kemana melarikan diri, akhirnya ia menangis-nangis sendiri hingga terkencing-kencing di celana. Maka senjatanya pun dicabut, karena belum memiliki mental yang memadai. Kami sekolah di SD yang sama dulu.

Kalau tidak ada air tebu, aku baru minum kopi atau teh. Tubuh memerlukan glukosa. Sudah dua hati aku tidak mendapati penjual air tebu, saat hujan penjual air tebu seperti siput, ia meupeujië dalam tempurungnya; menjual air tebu saat mendung sama seperti menjual garam dalam hujan. Tapi aku rasa malam ini, aku ingin minum susu saja, karena terpengaruh oleh sebuah artikel kesahatan--jika suami menghisap payudara istri, maka kulit istri akan kencang dan awet muda (dalam praktikum juga akan sedikit kejang-kejang dan mendesah) aku melihatnya dalam film semi-prematur permanen produksi Tiongkok.

Karena aku belum menikah, ya, sudah, minum susu kaleng saja. Sementara di teve sedang tayang film Habibie Ainun. "Gula pasirku," kata Habibie ketika melihat Ainun. Ainun semacam mata air kehidupan (ainul hayat) yang diteguk oleh Khaidir (Melkisidek) bagi Habibie, jika kita meminum ainul hayat maka Tuhan akan menangguhkan usia kita hingga kiamat semesta raya tiba.

Namun, tahukah kau apa ainul hayat yang sesungguhnya bagi Habibie? Itulah dia novel yang ia tuliskan yang sekarang sudah difilmkan dan tayang di Trans 7. Menulis itu cara menuju keabadian (ainul hayat). Tapi aku tidak menyukai novel atau film yg bergenre romance, walau kisah romance itu tidak akan ada habisnya.

Romance pertama adalah romance Adam dan Hawa, mereka menelan buah terlarang karena dihasut oleh seniornya (Azazil). Lalu ada romance segitiga, Ibrahim-Siti Sarah-Siti Hajar. Yusuf-Zulaikha, atau Muhammad-Khatijah. Lalu setelah itu munculah romance Laila Majnun, Romeo and Juliet, Putri Diana dan Pangeran Dody Al-Fayed hingga Yusniar dan Kapluk. Dan aku akan menulis romance-ku sendiri bersama Rara, Rara Audzubillah himinash syaitannirajim.