MENCAPAI KEBERHASILAN DAKWAH MASA KINI

in #life6 years ago


source image

Dakwah Islamiyah adalah suatu usaha menyampaikan amanah Allah SWT kepada ummat manusia, mengajak mereka untuk mengikuti agama Allah SWT. dengan cara yang bijaksana. Usaha dalam amar ma’ruf dan nahi mungkar serta menggairahkan manusia berbuat kebaikan dan meninggalkan kejahatan merupakan pola dalam berdakwah. M.Thahir Harun (dkk), menjelaskan pengertian dakwah sebagai berikut: Mengajak dan menggerakkan manusia untuk menerima petunjuk kebijaksanaan yang dibawakan oleh orang agama Islam dan melakukan amar ma’ruf serta nahi mungkar agar mendapat kebahagiaan di dunia dan kesentosaan di akhirat kelak.
Adapun perintah melaksanakan aktivitas dakwah, sesuai dengankan firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 104 sebagaimana maknanya:
“Hendaklah ada diantara kamu satu golongan ummat yang menyeru kepada kebajikan, menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung”. (Q.S. Ali Imran : 104 ).
Ayat diatas mengandung perintah agar ada segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan yaitu amar ma’ruf nahi mungkar, karena dengan demikian menjadikannya sebagai manusia yang beruntung baik di dunia maupun di akhirat kelak. Namun hal tersebut baru dapat berjalan dengan melakukan program dakwah dengan kontinyu dan terencana sehingga tujuan dakwah bisa terealisasikan dan tercapai. Pola dakwah dalam mencapai keberhasilan harus disesuaikan dengan kondisi objek dakwah yaitu memahami ilmu tentang kemasyarakatan yang sering disebut dengan sosiologi. Hartini dan G. Kastasapoetra menyebutkan sosiologi ialah “ilmu pengetahuan yang mempelajari perkembangan dan prinsip-prinsip organisasi sosial dan umumnya tingkah laku kelompok sebagai perbedaan dan tingkah laku individu-individu dalam kelompok.”
Masyarakat sebagai objek atau sasaran dakwah merupakan salah satu unsur penting yang mempengaruhi keberhasilan aktivitas dakwah. Dengan kata lain, aktivitas dakwah tidak akan sukses bila tidak mempunyai objek dakwah (sasaran). Artinya kepada siapa dakwah mau disampaikan bila tidak ada masyarakat yang mendengarnya. Tentu saja dakwah tersebut tidak akan berjalan.
Berdakwah merupakan kewajiban semua orang sesuai dengan ilmu yang dimiliki. Oleh sebab itu dakwah perlu mendapat perhatian dari semua pihak, dan memerlukan perencanaan yang matang agar dakwah itu berhasil dengan baik dan berkesinambungan. Dalam hal ini Nur Amin Fattah berpendapat :
Meningkatnya laju pertumbuhan penduduk dan pesatnya perkembangan tehnologi modern yang ditandai dengan pesatnya pembangunan di bidang materil, maka diperlukan sejumlah besar da’i yang berkualitas tinggi untuk turut ambil bagian dalam membangun masyarakat terutama dalam bidang spritual agar terdapat kesinambungan diantara keduanya.

Dalam mencapai  cita-cita atau kebutuhan diatas diperlukan sekali adanya da’i yang profesional, serta kesadaran yang tinggi dari ummat untuk sama-sama membangun ummat manusia yang amar makruf nahi mungkar. Da’i yang berkualitas harus mampu membaca kondisi sasaran bahkan mendalami ilmu kemasyarakatan, karena pada dasarnya sasaran dakwah adalah masyarakat.

Dengan demikian, perilaku seseorang juga dipengaruhi oleh sosio cultural (kebudayaan masyarakat) yang sangat erat hubungan dengan peradaban suatu masyarakat. Oleh karena itu apabila seseorang ingin berdakwah, maka dia harus terlebih dahulu mengetahui sosio cultural masyarakat yang akan dihadapinya, sehingga dakwah yang disampaikannya diterima oleh masyarakat dan dapat sekaligus merobah kehidupan masyarakat tersebut kepada yang lebih baik sebagaimana yang diharapkan.

B. PEMBAHASAN

  1. Pengertian Dakwah
    Menurut Syekh Ali Makhfuz, dalam bukunya Hidayatul Mursyidin. Dikemukakan:
    Pengertian dakwah adalah :“Mendorong manusia agar memperbuat kebaikan dan menurut petunjuk, menyeru mereka berbuat kebajikan dan melarang mereka dari perbuatan mungkar agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat”.
    Sedangkan menurut K.H.M.Isa Anshary, Dakwah adalah: “menyampaikan seruan Islam, mengajak dan memanggil umat manusia agar menerima dan mempercayai keyakinan dan pandangan hidup Islam”.
    Selanjutnya H. M. Arifin, berpendapat:
    Dakwah suatu kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik secara individu maupun secara kelompok agar timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap penghayatan serta pengamalan terhadap ajaran agama sebagai massage yang disampaikan kepadanya dengan tanpa unsur paksaan”.
    Dari beberapa pendapat ilmuan di atas, terdapat perbedaan dalam ungkapan, tetapi bila dikomperatifkan satu sama lain pada hakekatnya adalah sama, yaitu mengajak, menyeru, memanggil umat manusia kejalan Allah dengan penuh kebijaksanaan. Guna mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.
    Dari beberapa pendapat ahli tersebut, penulis berkesimpulan bahwa “Dakwah” adalah suatu proses usaha/kegiatan mengajak, menyeru, memanggil umat manusia untuk menerima dan mengamalkan semua ajaran Islam amar makruf nahi mungkar untuk kebahagiaan hidup didunia dan akhirat.
    Didalam Al-Qur'an dan hadits banyak istilah lain yang hampir bersamaan pengertiannya dengan dakwah, yang berbeda lafaz, tapi mempunyai makna yang serupa. Istilah-istilah dimaksud, antara lain adalah sebagai berikut:
  1. Tablig, (penyampaian), ialah menyampaikan ajaran-ajaran Tuhan kepada umat manusia, sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur'an surat Al-Ahzab ayat 39 yang berbunyi:
    الدين يبلغون رسلت الله ولايخشونه ,ولايخشون احدا الله وكفى بل لله حسيبا
    Artinya: “Yaitu orang-orang yang menyampaikan risalah Tuhan, dan mereka takut kepada-Nya dan tiada seorangpun yang mereka takut selain Allah. Dan cukuplah Allah sebagai pembuat perhitungan.” ( Q.S.Ahzab ayat 39 )
  2. Amar ma’ruf nahi mungkar, yaitu menyuruh kepada yang baik dan mencegah dari perbuatan yang mungkar. Seperti yang tertera dalam surat Al-Hajj ayat 41yang maksudnya:
    “… dan menyuruh mengerjakan perbuatan yang baik dan melarang perbuatan yang salah….”
  3. Mau’izah (pengajaran) ialah mengajar orang dengan cara yang baik agar mereka sadar dan kembali kejalan Allah. Sebagaimana yang disebutkan Allah dalam surat An-Nahl ayat 125 yang maksudnya:
    Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik….” (Q.S. An-Nahl ayat 125 )
  4. Ahsanul qaula (ucapan dan perbuatan yang paling baik (Fushilat: 33) yang maksudnya:
    Artinya: Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?"
    Selain beberapa istilah di atas, banyak lagi istilah-istilah yang hampir sama maknanya dengan dakwah. Hal ini menunjukkan bahwa dakwah itu amat luas jangkauannya dan juga sekaligus memberikan gambaran umum tentang bentuk dan cara berdakwah serta dapat memudahkan dalam menggariskan hukum.
  1. Unsur-unsur Dakwah
    2.1. Materi dan Metode Dakwah
    Materi dakwah adalah isi atau ide dakwah yang akan disampaikan kepada objek dakwah, untuk mencapai aktivitas dakwah.Materi tersebut haruslah sesuai dengan keadaan dimana dakwah itu dilakukan, karena setiap objek dakwah tidak sama tingkatan pemikirannya dan problema yang mereka hadapi. Namun demikian materi dasar dakwah itu tidaklah terlepas dari pada Al-Qur'an dan Hadits. Dari kedua sumber inilah dapatlah diuraikan segala masalah yang dihadapi objek dakwah.
    Secara rinci, materi dakwah tersebut mencakup:
    a. Aqidah (Ketauhidan)
    Dalam materi ini, da’i/juru dakwah menanamkan rasa keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah SWT, dengan menjelaskan dalil-dali-Nya, seperti firman Allah dalam Surat Ali-Imran ayat 18 yang berbunyi yang maksudnya:
    Artinya: “Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan selain Dia, yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tidak ada Tuhan Melainkan Dia Yang Maha Perkasa Lagi Maha Bijaksana”.(Q.S. Ali Imran : 18).
    Berdasarkan materi tersebut pelaksanaan bimbingan (da’i) memberikan penjelasan tentang ke-Esaan Allah dan Kekuasan-Nya kepada sasaran dakwah.
    b. Ibadah
    Selain materi aqidah, juga diberikan materi ibadah. Dalam materi ini da’i menerangkan cara-cara beribadah. Dalam materi ini da’i menerangkan cara-cara beribadah. Terkadang menggunakan metode demonstrasi dalam, mempraktekkan cara-cara melaksanakan ibadah, seperti cara berwudhu’, cara shalat dan lain sebagainya. Dengan materi ini diharapkan masyarakat akan menjadi orang yang taat beribadah serta mengetahui yang diperintahkan dan yang dilarang dalam ajaran Islam.
    c. Akhlak
    Materi akhlak yang diberikan menyangkut akhlak dengan Allah merendahkan diri, khusus dan akhlak dengan sesama manusia. Akhlak merupakan tabiat dari seseorang yang dapat mempengaruhi segenap perkataan dan perbuatannya dalam menjalani kehidupan. Jika akhlak baik, maka baiklah gerak-geriknya, begitu juga sebaliknya.
    Sejalan dengan pentingnya penyampaian materi akhlak ini, Rasulullah juga di utus untuk menyempurnakan akhlak manusia. Sebagaimana diterangkan dalam salah satu Hadits Nabi sebagai berikut:
    رواه احمد) انما بعثت لأتمما مكار الخلاق (
    Artinya: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”. ( H.R.Ahmad )
    Berdasarkan Hadits ini, para pelaksana dakwah (da’i) dituntut untuk mempedomani akhlak Rasul, memberikan cara-cara bergaul yang baik yang sesuai dengan ajaran Islam. Pada dasarnya meteri akhlak ini merupakan materi yang sangat penting dalam pembinaan moral masyarakat. Pembinaan masyarakat harus lebih ditekankan pada pembinaan akhlak.
    d. Cerita-cerita
    Selain materi aqidah, ibadah dan akhlak, juga disajikan materi berupa cerita-cerita yang dapat menggugah hati masyarakat untuk kembali ke jalan yang benar, baik yang terdapat dalam Al-Qur'an maupun cerita-cerita lain yang bersumber dari sejarah Islam.
  2. Unsur-unsur Pelaksana Dakwah Islamiyah
    a. Subyek dakwah (muballigh)
    Dari beberapa unsur-unsur dakwah yang telah kita ketahui selain materi dan obyek dakwah adalah subyek dakwah (muballigh) dimana sebelumnya mereka memainkan peran dengan berbagai syarat dan persiapanya, maka makna sebuah syarat dan persiapan seorang muballigh adalah berorientasi kepada keberhasilah pada dakwah tersebut.
    Kalau kita kembali kepada konsep tentang keberhasilan dakwah, maka tidak hanya dapat kita ukur dari banyaknya jama’ah yang hadir pada suatu acara keagamaan, sebab banyaknya jama’ah yang hadir hanyalah merupakan salah satu indikator saja, maka sebuah syarat dan persiapan yang dilakukan seorang muballigh disini ikut memberikan warna terhadap keberhasilan dalam berdakwah dengan potensi kemampuan serta memberikan stimulus terhadap masyarakat untuk menumbuhkan kesadaran yang selalu mengabdikan diri kepada Allah. da’i dalam arti yang bersifat umum adalah orang yang mengajak, dalam pengertian ini termasuk didalamnya adalah orang yang mengajak kepada perkara yang tidak baik atau kejelekan.
    Adapun dalam pengertian yang khusus (dalam islam dapat dikatakan) bahwa da’i adalah orang yang mengajak kepada orang lain baik secara langsung maupun tidak langsung dengan kata-kata, perbuatan atau tingkah-laku kearah kondisi yang baik atau lebih baik menurut syari’at islam yaitu Al-Quran dan As-Aunnah, dan dalam pengertian yang khusus tersebut dapat diidentikan dengan orang yang melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar.
    Da’i merupakan unsur penentu yang mempengaruhi keberhasilan dakwah islamiyah. Da’i yang berkualitas dan profesional dalam penyampaian pesan dakwah akan menunjang keberhasilan aktivitas dakwah. Da’i yang berkualitas dimaksud adalah da’i yang professional
    Adapun syarat –syarat yang harus dimiliki oleh seseorang Da’i, secara terperinci sebagai berikut :
    a) Nilai meninggikan kalimah Allah SWT .
    b) Berilmu pengetahuan yang cukup dan Hujjah yang kuat .
    c) Kebijaaksanaan dan tujuan yang jauh .
    d) Keikhlasan yang murni .
    e) Kesabaran dan kekuatan yang kuat .
    f) Tekad yang kuat dan kemauan yang keras .
    g) Kewaspadaan dan hati- hati .
    h) Sabar dan lapang dada .
    i) Cinta akan kebaikan .
    j) Tekun dan rajin dalam melaksanakan dakwah .
    k) Lemah lembut dan kasih sayang terhadap hamba Allah .
    l) Tawakkal terhadap Allah SWT .
    m) Keyakinan akan pertolongan dari Allah SWT , dengan I’tikad yang baik .
    n) Kejujuran dapat dipercaya .
    o) Mengamalkan akan segala apa yang di wajibkan .

Semua syarat-syarat diatas harus dipenuhi dan di lengkapi oleh para da’i atau orang-orang yang menyampaikan dakwah di dalam melakukan aktivitas dakwahnya. Sebab syarat – syarat tersebut merupakan syarat yang dimiliki oleh para Nabi dan Rasul dalam sejarah pelaksanaan dakwah ..
Kemampuan da’i juga menyangkut penguasaan terhadap ilmu sosiologi, sehingga dapat menentukan materi dan metode dakwah yang relatif tepat diterapkan sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat. Kemampuan da’i yang didukung dengan penguasaan ilmu sosiologi akan memudahkannya mengambil langkah dan kebijaksanaan menyangkut penyesuaian pesan dakwah terhadap kondisi sosial masyarakat setempat.
Disamping profesionalisme yang tinggi, da’i juga dituntut memiliki kriteria yang baik sebagai berikut:

  1. Ikhlas dalam berbuat.
    Ikhlas dalam berbuat merupakan salah satu kriteria da’i yang berkualitas untuk mencapai keberhasilan dakwahnya. Sehubungan dengan hal ini, H. Nurullah Fauzi Fauzan menyatakan:
    Adapun penggerak utamanya yaitu ikhlas. Penuntunnya adalah berserah diri kepada Allah, serta sunyi dari pada berfikir mengambil manfaat harta benda semata-mata, maupun keuntungan-keuntungan yang sifatnya sementara saja. Tentang hal ini Nabi SAW telah membuat contoh teladan yang amat tinggi nilainya baik perkataan maupun perbuatan.

Dari pernyataan di atas dapatlah dapat dipahami bahwa keikhlasan merupakan salah satu kriteria da’i yang berkualitas. Para da’i seperti ini umumnya dapat dibina melalui pengkaderan dan pendidikan khusus yang membina kualitasnya agar membawa dampak positif terhadap aktivitas dakwah. Melalui pendidikan kader da’i akan lahir da’i yang ikhlas dalam berbuat, tanpa mengharap imbalan berupa uang dan harta untuk menyebarkan ajaran Islam kepada masyaraka

  1. Mengadakan persiapan sebelum berdakwah.
    Da’i yang berkualitas membuat persiapan terlebih dahulu sebelum menyampaikan seruan dakwah. Aktivitas dakwah akan lebih sempurna dengan adanya persiapan-persiapan yang menjurus kepada pengembangan dakwah yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi objek dakwah.
    Kualitas da’i ditentukan oleh persiapan-persiapannya dalam mencapai sasaran dakwah. Persiapan ini merupakan tindakan yang diambil sebelum aktivitas dakwah dimulai. Persiapan ini menyangkut persiapan materi yang sesuai diberikan, jadwal kegiatan serta metode yang efektif.
  2. Sesuai antara kata dan perbuatan.
    Kriteria da’i yang baik terlihat dari penerapan ajaran Islam pada dirinya sendiri terlebih dahulu. Pada hakekatnya dakwah islamiyah dan ajaran yang dikembangnya secara pribadi, kemudian barulah ia menyampaikan pesan dakwah kepada masyarakat umum. Dengan demikian dakwah itu bermula dari dakwah pada diri sendiri, kemudian baru mendakwahkannya kepada masyarakat. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi Muhammad SAW sebagai berikut:
    ابدأ بنفسك فتصدق عليها، فإن فضل شئ هللك
    Artinya “Dahulukan dirimu sendiri, maka benarkan terhadapnya (yakni kebenaran dirimu), maka sesudah itu (sesudah terhadap dirimu) utamakan terhadap keluargamu”.
    Hadits di atas menunjukkan bahwa dakwah itu bermula dari diri pribadi penda’i, kemudian barulah ia mendakwahkannya kepada masyarakat.
    Sehubungan dengan hal ini H. Narullah Fauzi Fauzan menyatakan:
  3. Mendidik diri pribadi atas kesadaran dengan bertetap hati serta kemauan yang keras untuk berbuat baik dan memfokuskan tujuan agar mencapai tujuan dakwah Isamiyah.
  4. Mendidik diri pribadi agar selalu kembali kepada Allah.
  5. Mendidik diri pribadi untuk berbudi luhur, selalu menghias diri dengan menampakkan suri tauladan dengan berpegang kepada ajaran pokok Sunnah.

Kualitas da’i ditandai sejauhmana yang bersangkutan melaksanakan ajaran Islam dalam segala aspek kehidupannya, sehingga menjadi suri teladan bagi sasaran dakwahnya. Hal ini akan menunjang keberhasilan dakwah Islamiyah yang dilaksanakannya, karena da’i seperti ini akan lebih berwibawa dan disegani oleh sasaran dakwah. Akibatnya pesan-pesan kebajikan yang disampaikannya lebih dituruti dan dilaksanakan.
Kondisi ini akan mempengaruhi keberhasilan dakwah yang dilaksanakan. Tanpa bermula dari diri da’i sendiri, aktivitas dakwah tidak berhasil, karena da’i tidak menjadi sosok yang dikagumi dan disegani. Da’i tidak mempunyai kharisma dimata masyarakat, akibatnya pesan-pesan yang disampaikan diabaikan begitu saja. Dengan demikian aktivitas dakwah yang disampaikan tidak akan berhasil.
a) Objek/sasaran dakwah.
Selain media, faktor yang turut mempengaruhi keberhasilan dakwah adalah objek atau sasaran dakwah. Berdakwah tanpa memperhatikan objek maka pesan dakwah akan kurang berarti, karena yang dibicarakan tidak berkenaan dengan hati pendenganr, mungkin terlalu rendah atau terlalu tinggi sehingga tidak dapat dipahami oleh pendengar, oleh karena itu metode yang digunakan harus disesuaikan dengan obyek yang dihadapi.
Objek dakwah semua manusia dalam segala keadaan yang berbeda-beda, dimana mempunyai kumpulan-kumpulan atau gabungan dari individu-individu yang disebut dengan masyarakat. Oleh sebab itu da’I harus mengetahui keadaan masyarakat sebelum berdakwah. Pada umumnya keadaan masyarakat sebagai objek dakwah dapat digolongkan kepada beberapa kelompok masyarakat. Pada umumnya keadaan masyarakat sebagai obyek dakwah dapat digolongkan kepada beberapa kelompok yaitu:

  1. Golongan cerdik cendikiawan yang cinta kebenaran dan dapat berfikir kritis, cepat menangkap arti persoalan. Mereka ini harus dipanggil dengan hikmah, yakni alasan-alasan, dengan dalil-dalil dan hujjah yang dapat diterima oleh kekuatan akal mereka.
  2. Golongan awam, orang kebanyakan yang belum dapat berfikir secara kritis dan mendalam, belum dapat menangkap pengertian-pengertian
    yang tinggi.

Demikian objek dakwah secara ringkas yang menjadi penelitian atau yang harus diketahui oleh mubaligh sebelum bertugas melaksanakan dakwah kepada masyarakat, supaya dalam pelaksanaan dakwah dapat dipergunakan metode yang sesuai dengan masyarakat setempat, karena berbeda obyek berbeda pula metode penyampaiannya. Hal mana disesuaikan dengan kondisi dan daya pikir mereka.
Masyarakat sebagai sasaran dakwah secara garis besarnya dapat dikategorikan kepada 3 (tiga) bagian, yaitu:
a. Masyarakat dilihat dari segi usia.
Dalam penyampaian dakwah kepada sasaran, diantara masalah yang harus dipikirkan/diperhatikan adalah masalah umur sasaran dakwah. Dalam hal ini dapat dibagi kepada tiga bagian, yaitu:

  1. Anak-anak.
  2. Pemuda/remaja.
  3. Golongan orang tua atau orang dewasa.
    Materi dakwah yang diberikan harus disesuaikan dengan kelompok iusian ini agar lebih menarik perhatian mereka.

b. Masyarakat dilihat dari segi pendidikan.
Masyarakat atau sasaran dakwah dari segi pendidikan H. M. Yunan Nasution dapat dibedakan kepada tiga bagian, yakni kaum cendikiawan, golongan
awam dan golongan menengah.

  1. Kaum cendikiawan, ilmuan seperti para sarjana atau kaum cendikiawan yang mempunyai ilmu pengetahuan dan pendidikan tinggi. Bimbingan keagamaan (dakwah) kepada golongan ini harus menggunakan dalil-dalil yang diterima akal serta alasan-alasan yang logis dan dilengkapi dengan fakta.
  2. Masyarakat awam, yakni golongan yang tingkat pendidikannya sangat rendah. Mereka biasanya tergolong masyarakat desa yang kurang mempunyai sarana dan prasarana pendidikan, akibatnya kualitas berfikir mereka tidak dapat ditingkatkan. Dengan mengetahui teknik dan metode dakwah terhadap masyarakat awam, da’i dapat menerapkannya, sehingga pesan dakwah yang disampaikan diterima dengan baik.
  3. Golongan menengah, yakni golongan orang yang tingkat pendidikannya antara intelek dan awam. Aktivitas dakwah terhadap golongan ini harus dihadapi seperti menghadapi golongan pertama dan kedua, tidak terlalu menonjolkan ilmu dan rasio dan tidak pula seperti menghadapi orang awam.

c. Masyarakat dilihat dari segi lapangan pekerjaan.
Sasaran dakwah dilihat dari segi lapangan pekerjaan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

  1. Masyarakat tani, yang lapangan pekerjaannya adalah bertani. Pada umumnya golongan ini berada dikawasan terpencil yang mempunyai lahan pertanian luas.
  2. Nelayan, yaitu sasaran dakwah yang bermata pencaharian sebagai nelayan yang mencari ikan di laut. Pada umumnya golongan ini berdomisili di daerah pesisir pantai tidak jauh dari laut sebagai sarana mencari nafkah.
  3. Pedagang, yaitu sasaran dakwah yang bermata pencahariannya berkecimpung dalam dunia perdagangan atau jual beli. Masyarakat seperti ini biasanya berdomisili di daerah perkotaan yang dekat dengan sarana pasar sehingga memudahkan penjualan barang dagangan.
  4. Pegawai negeri, yaitu sasaran atau objek dakwah yang lapangan pekerjaannya sebagai pegawai. Golongan masyarakat seperti ini juga mayoritas mendiami wilayah yang tidak jauh dari wilayah perkotaan, karena diperkotaan instansi pemerintah dan swasata lebih banyak, sehingga bagi penduduk yang mata pencahariannya sebagai pegawai cenderung menempati wilayah perkotaan sebagai tempat tinggalnya.
  5. Masyarakat seniman, yakni sasaran kegiatan bimbingan keagamaan (dakwah) yang terdiri dari orang-orang yang pandai dan melahirkan inspirasinya kealam nyata atau berjiwa seni. Pesan dakwah yang akan diberikan kepada mereka harus disusun sedemikian rupa agar lebih menimbulkan daya tarik bagi mereka, sebab mereka pada umumnya menyenangi seni.
    Dengan demikian dapat dikatakan objek (dakwah) Islamiyah ada tiga tingkatan manusia yang harus dihadapi. Pertama kaum cendikiawan yang disebut golongan terpelajar, mempunyai daya pikir yang cepat dan kritis. Dakwah Islamiyah kepada golongan ini haruslah memakai dalil-dalil yang diterima akal (rasio), alasan-alasan yang logis. Kedua yaitu golongan awam yang memiliki daya tangkap lambat, daya pikirnya tidak kuat. Dakwah pada golongan ini ditempuh melalui pendidikan dan pengajaran yang baik, memberikan nasehat yang mudah dipahamkan. Pendekatan dakwah kepada golongan ini ditekankan kepada rasa dengan membawanya kearah berfikir. Ketiga golongan menengah. Golongan ini harus dihadapi seperti cara menghadapi golongan pertama dan kedua, jangan terlalu menonjolkan ilmu dan rasio tetapi jangan pula seperti menghadapi golongan awam.
    Pengetahuan tentang sasaran dakwah harus benar-benar dikuasai para da’i. Dan hal ini merupakan salah satu materi yang harus diberikan dalam pendidikan kader da’i sebagai bekal dalam melaksanakan aktivitas dakwah.
  1. Upaya/Usaha Dalam Mencapai Keberhasilan Dakwah Islamiyah
    Usaha-usaha dakwah tentu beragam. Ada cara tersendiri untuk setiap kelompok sosial, seperti masyarakat kota dan masyarakat pedesaan, masyarakat kelas atas dan masyarakat kelas bawah, kaum intelektual dan orang awam, generasi muda dan keluarga, kaum dlu'afa dan muallaf, non muslim dan masyarakat, oleh sebab itu dalam melakukan dakwah seorang da’I harus memperhatikan tentang status kelompok manusia tersebut demi terujudnya masyarakat islami melalui penerapan dan pelaksanaan dakwah
    Usaha tersebut boleh melalui berbagai cara, metode dan usaha. Seluruh usaha yang baik dalam rangka memajukan umat adalah usaha yang mulia(dakwah), baik dilakukan secara infirodhiyah (perseorangan) maupun ijtimaiyyah (bersama-sama) dan usaha tersebut mendapatkan derajat yang tinggi di sisi Allah SWT. Tujuannya agar umat islam bangkit dari keterpurukannya, diantaranya melalui pengajian-pengajian, maka muballeg/da’i hendaknya dalam meteri dakwah mengarahkan masyarakat untuk menerapkan pengajian, sebab dengan adanya pengajian tersebut masyarakat sudah mengetahui tentang tata cara pelaksanaan ibadah yang benar menurut ketentuan agama serta sudah tahu hukum-hukumnya.
    C. Kesimpulan
  2. Dalam mengembangkan dakwah di era moderen keahlian, kemahiran dan kematangan seorang da’I sangat di butuhkan, artinya da’I di tutun agar mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan permasalahan dakwah baik dari segi isi dakwah, keriteria mad’u dan hal-hal lainnya, sehingga dakwah akan mencapai keberhasilan.
  3. Salah satu solusi untuk menjawab tantangan dakwah dalam mencapai keberhasilan yaitu dengan upaya pembinaan kader-kader dakwah melalui pelatihan-pelatihan bahkan jika mungkin dengan mendirikan satu wadah tempat pembinaan kader.
Sort:  

Congratulations @yusfriadi: this post has been upvoted by @minnowhelpme!!
This is a free upvote bot, part of the project called @steemrepo , made for you by the witness @yanosh01.
Thanks for being here!!

Congratulations! This post has been upvoted from the communal account, @minnowsupport, by yusfriadi from the Minnow Support Project. It's a witness project run by aggroed, ausbitbank, teamsteem, theprophet0, someguy123, neoxian, followbtcnews, and netuoso. The goal is to help Steemit grow by supporting Minnows. Please find us at the Peace, Abundance, and Liberty Network (PALnet) Discord Channel. It's a completely public and open space to all members of the Steemit community who voluntarily choose to be there.

If you would like to delegate to the Minnow Support Project you can do so by clicking on the following links: 50SP, 100SP, 250SP, 500SP, 1000SP, 5000SP.
Be sure to leave at least 50SP undelegated on your account.