MUHADHARAH DAN PENGARUHNYA

in #life6 years ago

source image

Muhadharah (ceramah) adalah salah satu metode dakwah yang disebut juga sebagai metode ceramah, yaitu metode tertua yang lazim digunakan dalam macam-macam situasi. Metode muhadharah (ceramah) ini selain dari seringnya digunakan, juga paling sering dikritik. Ada kritik yang demikian tajamnya sampai pengkritik berpendapat bahwa metode muhadharah (ceramah) itu tidak efektif bila dipakai dalam dunia dakwah, karena hampir tidak pernah memberikan jawaban kongkrit atas permasalahan yang dihadapi umat manusia.
Dalam al-Qur’an surat An-Nahl ayat 125 justru mengatakan dengan penggunakan metode mau’izhoh hasanah atau metode dengan cara yang baik yaitu: “Serulah (manusia) kepada Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS. An-Nahl, 125)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa al-Qur’an menganjurkan menggunakan metode muhadharah (ceramah) ini, berdasarkan anjuran penggunaan yang baik ini berarti al-Qur’an sudah menolak segi-segi negatif. Disamping itu metode muhadharah (ceramah) itu adalah metode yang lazim digunakan dalam dunia dakwah, dan metode muhadharah (ceramah) ini masih tetap dipandang efektif. Metode muhadharah (ceramah) dipakai dalam usaha dakwah terdapat beberapa kelemahan yang harus dihindari dan diatasi agar dakwah kita dalam menggunakan metode muhadharah (ceramah) ini dapat berhasil dengan baik.
Pada dasarnya muhadharah (ceramah) atau pidato dapat dikelompokkan kepada beberapa macam antara lain pidato politik, pidato hukum, pidato peperangan, pidato resepsi, pidato keagamaan , dan disini kita batasi pembahasan pada bagian terakhir yaitu pidato keagamaan, yaitu pidato yang berdasarkan kepada agama disegi muatan dan materinya.
Dari pengertian dakwah baik secara lughawi maupun secara ishtilahi, maka dakwah adalah suatu usaha dalam rangka proses Islamisasi manusia agar taat dan tetap mentaati ajaran Islam guna memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat kelak. Sedangkan fungsinya adalah menyampaikan ajaran Islam yang telah diturunkan oleh Allah SWT kepada Rasulullah SAW bagi umat manusia seluruh alam.
Masyarakat sebagai obyek dakwah atau sasaran dakwah adalah salah satu unsur yang penting di dalam dakwah yang tidak kalah perannya dibandingkan unsur-unsur dakwah yang lain. Oleh karena itu masalah masyarakat ini harusnya dipelajari dengan sebaik-baiknya. Maka dari itu sebagai bekal dakwah bagi da’i atau mubaligh hendaknya melengkapi dirinya dengan beberapa pengetahuan dan pengalaman yang erat hubungannya dengan masalah masyarakat.
Muhadharah (ceramah) adalah salah satu metode dakwah yang sering digunakan dalam masyarakat. Metode muhadharah (ceramah) ini digolongkan sebagai metode tradisional, dan metode muhadharah (ceramah) ini bersifat polivalen yakni suatu metode yang digunakan untuk mewujudkan salah satu hasil atau tujuan. Hasil atau tujuan tersebut adalah mewujudkan amar ma’ruf perbaikan dan pengembangan masyarakat.

  1. Realitas Dakwah dan Muhadharah di Aceh
    Aceh terletak di ujung Pulau Sumatera, merupakan bagian yang paling utara dan paling barat dari Kepulauan Indonesia, secara geografis berada di pintu gerbang Nusantara dari posisi paling Barat. Dari sini Aceh mempunyai akses langsung ke dunia luar sejak dulu sampai sekarang dan menjadikan Aceh sebagai pusat Islam pertama yang berpengaruh besar terhadap penyebaran Islam masyarakat Nusantara pada umumnya.
    Pengaruh agama Islam yang begitu kuat menyebabkan pola pikir, sikap dan prilaku masyarakat Aceh dalam kehidupan sehari-hari sedapat mungkin disesuaikan dengan kaidah-kaidah Islam. Sebaliknya juga praktik-praktik keagamaan, mereka sesuaikan pula dengan tradisi atau adat istiadat yang berlaku. Hasilnya terlihat dalam kehidupan sosial budaya masyarakat yang tercakup berbagai unsurnya telah diwarnai dengan ajaran agama Islam. Akibatnya antara budaya dan agama telah menyatu, sehingga sukar untuk dipilah dan dipisahkan. Hal ini tercermin dalam sebuah ungkapan Aceh yang sangat populer, yaitu “Adat ngon hukom hanjeut cree lagee zat ngon sifeut”, artinya adat dengan hukum syari’at Islam tidak dapat dipisahkan seperti unsur dengan sifatnya. Disini kaidah Islam sudah merupakan bagian daripada adat atau telah diadatkan.
    Majlis ta’lim secara umum merupakan bentuk pembelajaran yang dilakukan dalam satu forum pertemuan. Majlis berarti tempat dan ta’lim adalah pembelajaran . Dengan demikian majlis ta’lim dapat dikatakan sebagai forum (halaqah) atau kelompok belajar yang dikatagorikan sebagai pola pendidikan dengan latar belakang peserta dari semua tingkat umur, laki-laki dan perempuan. Di sebagian satu komunitas masyarakat majlis ta’lim dikhusukan diperuntukkan bagi kaum ibu, dimana forum pendidikan ini merupakan suatu pola pendidikan Islam berbentuk halaqah, dimana pesertanya biasanya remaja dan orang dewasa yang didominasi perempuan atau “kaum ibu”
    Dalam masyarakat Aceh pola pendidikan seperti ini diadakan di rumoh-rumoh sebagai langkah pertama bagi anaknya sebelum menempuh pendidikan tahap selanjutnya.Yang menjadi guru adalah orang tuanya atau para teungku yang punya kompetensi pendidikan bidang agama. Selanjutnya ke tingkat lebih tinggi dengan menggunakan tempat rangkang (balai pengajian) dan meunasah dan pojok-pojok mesjid. Juga di lembaga dayah sebagai lembaga pendidikan non formal yang diakui keunikan tersendiri dalam masyarakat, dan ini merupakan pola pendidikan yang sudah terpola dengan baik.
    Dalam proses pembelajaran pendidikan sebagai bagian dari dimensi dakwah dalam konteks seperti ini muhadharah (ceramah) merupakan metode dominan diterapkan, dimana teungku-teungku mengupas materi dengan menggunakan kitab-kitab yang digunakan sesuai dengan tingkat pengajian. Suasana pendidikan seperti yang digambarkan oleh Teungku Lam Rukam dalam Hikayat Pocut Muhammad yang dikutib Nazli Ismail berikut:
    Oh sare trok bak meunasah,
    Geutamong leupah sigra-sigra
    Murid teungku na nam reutoh,
    Sare reuyoh subra donya
    Na nyang ladom beuet Quruan,
    Ladon tuan masaila
    Ladom dibeut Jarumiah,
    Jipinah matan Fatihah
    Ladom jibeut kitab jawoe,
    Ladom laloe bak poh cakra

  2. Aktivitas Pelatihan Muhadharah Dayah Mudi Mesra
    Da’i Dayah Mudi Mesjid Raya terutama yang sudah menjadi guru tetap dayah atau alumni yang berdomisili di kecamatan Samalanga di samping menjadi bagian dari sebuah komunitas masyarakat, juga bertindak sebagai ujung tombak dalam mengemban misi dakwah. Alumni dayah adalah ureueng nyang meuphom agama memang tugasnya memberikan pencerahan kepada umat.
    Dengan pendekatan muhadharah da’i ini terus melakukan upaya dakwah dan profesinya dalam melakukan pembinaan terhadap umat, khususnya di kecamatan Samalanga, ada yang sebagai guru ngaji/pimpinan majlis ta’lim, khatib, pendakwah pemangku adat dan mereka digelar dengan teungku , dalam arti bahwa orang yang sudah memiliki ilmu agama dan dapat mentransfer ilmunya kepada orang lain atau disebut dengan guree seumeubeut (guru) , dan bila mereka pulang ke kampungnya sudah bisa menunaikan amanah Abon untuk mendirikan balee seumeubeut dalam pengertian literal, sebagai wadah pencerahan dan memberi petunjuk bagi umat.
    Bagi sebagian alumni disamping menjadi guru tetap di dayah, juga menjadi dosen dan pengajar di Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Aziziyah, dan juga mengelola beberapa pengajian. Untuk lebih jelas tentang aktivitas muhadharah yang diadakan da’i Mudi Mesjid Raya dalam masyarakat Samalanga dapat dilihat pada Bab IV tentang kiprah da’i dalam masyarakat Samalanga.
    Ada beberapa kegiatan muhadharah yang penulis lakukan observasi pada beberapa lokasi menggambarkan kegiatannya sebagai berikut:
    2.1. Kegiatan Khutbah Jum’at
    Tanggal 4 Juli 2008 atau bertepatan dengan 1 Rajab 1429 H merupakan hari Jum’at, dimana semua muslim yang betul-betul mengamalkan ajarannya akan mengikuti prosesi shalat jum’at. Sejak pagi masyarakat tidak banyak yang melakukan ativitas yang jauh dari kampungnya, dengan pertimbangan waktu tibanya shalat jum’at masyarakat tidak sulit untuk menjangkaunya. Ketika masuknya waktu zuhur dan sudah dapat mengadakan shalat jum’at, masyarakat beramai-ramai masuk mesjid. Bahkan ada yang lebih cepat tiba terus masuk ke mesjid dan melakukan berbagai ibadah yang dianjurkan agama.
    Khatib yang sudah ditetapkan sebelumnya naik ke mimbar khutbah dan menyampaikan khutbah/pidato-nya. Dalam ceramah yang disampaikan khatib mengangkat tema tentang Nilai-Nilai Shalat dalam Kehidupan. Berikut kesimpulan pidato yang dapat penulis petik:
    Islam adalah agama bagi semua (rahmatan lil’alamin). Bagi yang memahami Islam dan mengamalkan Islam, kalau mau mengakui dengan hati nurani yang jujur, pasti akan mengatakan Islam adalah agama yang sanggup menjawab seluruh aspek kehidupan manusia, disamping nilai-nilai Islam semua bermuara kepada perbaikan peradaban manusia menuju manusia yang seutuhnya.
    Salah satu ajaran Islam dan ini sebagai ajaran pokok (pilar utama) adalah shalat. Shalat merupakan kewajiban yang sifatnya individual dan harus dilakukan secara kontinyu dan konsisten setiap hari.
    Ada beberapa nilai yang terkandung dalam ibadah shalat yang dapat diterapkan sebagai pola sikap dan tingkah laku pada kehidupan manusia pada umumnya. Nilai-nilai tersebut antara lain:
    Shalat harus dilakukan dalam jumlah rakaat yang telah ditetapkan, kecuali pada saat-saat tertentu boleh dikurangi.
    Ini suatu nilai dimana dalam mengerjakan shalat semua orang pasti akan jujur memenuhi jumlah rakaat yang dibebankan. Walau siapapun orangnya dalam kehidupan sehari-hari suka berbohong, namun dalam melaksanakan shalat pasti akan jujur, dan tidak ada yang berani menguranginya. Apabila seseorang yang menjiwai nilai ini, niscaya dalam kehidupan sehari-hari pasti akan betul-betul menjadi orang jujur, transparan dan akuntabel terhadap seluruh bidang dan urusan yang ditanganinya, tidak akan terjadi korupsi, penipuan dan penyalahgunaan jabatan yang bukan pada tempatnya.
    Ibadah shalat sangat dianjurkan secara bersama-sama (berjamaah). Ini suatu pertanda bahwa persatuan dalam segala urusan kehidupan memegang peranan penting dan sangat menentukan akan kemajuan yang akan dicapai. Kalau setiap muslim mengaplikasikan nilai ini dalam kehidupan tentu saja akan banyak kontribusinya terhadap sesama untuk selalu bersatu dan menjadi persaudaraan sesama.
    Begitu juga dalam shalat bila pimpinan shalat (imam) salah dan keliru dalam gerakan dan bacaan, pengikutnya (makmum) punya hak untuk menegur dengan prosedur yang telah ditetapkan dan waktu yang telah ditetapkan. Ini juga merupakan nilai yang besar bagi kehidupan manusia dalam bermasyarakat, dimana pimpinan dalam satu komunitas dalam ruang lingkup kecil atau besar, antara seorang pimpinan dan warganya mempunyai hak dan kewajiban masing-masing. Pimpinan bila salah warga masyarakat yang menegur dan mengingatkan, begitu juga warga yang salah dan butuh bimbingan, pimpinan berkewajiban memberikan solusi konkrit untuk kemaslahatan bersama.
    Dan masih banyak lagi nilai-nilai shalat yang dapat diambil sebagai patron dalam kehidupan manusia. Seperti shalat harus dikerjakan dalam keadaan suci, menutup aurat, dan banyak lagi. Semuanya dapat diambil hikmahnya bagi manusia yang mau merenungkan dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.


source image

Dari prosesi shalat jum’at dan penyampaian pidato di atas diperoleh suatu kesimpulan bahwa masyarakat mengikuti arah materi yang disampaikan. Bahkan seorang jamaah mengatakan bahwa isi ceramah dalam khutbah tadi menggugah kita, terutama yang berhubungan dengan nilai dari jumlah rakaat shalat yang mempengaruhi kita untuk bersikap jujur. Tidak ada orang yang berani mendustai dan mengurangi jumlah rakaat shalat. Kalau ini menjadi titik ukur dalam segala aktivitas kehidupan tidak akan diwarnai dengan penipuan dan penyalahgunaan wewenang.
2.2. Kegiatan Dakwah Moulid
Setiap bulan Rabi’ul Awal sebagai bulan lahirnya Nabi Muhammad SAW masyarakat Gampong Kandang kecamatan Samalanga selalu mengadakan kenduri maulid pada siang hari dan malamnya diisi dengan pidato dengan menghadirkan penceramah dari berbagai daerah. Tahun ini ceramah maulid diisi oleh Tgk. M. Yusuf dari Dayah Mudi Mesjid Raya. Masyarakat dari berbagai gampong sekitar, seperti Putoh, Mideun Jok, Mideun Geudong, Tanjongan, Kampong Baro dan Keude Samalanga antusias menghadiri acara pidato tersebut. Apalagi sore hari sudah disampaikan pemberitahuan keliling dengan mengunakan alat pengeras suara, supaya masyarakat nanti malam ikut hadir dan meramaikan Dakwah Islamiyah dalam rangka memperingati Maulid Nabi Besar Muhammad SAW.
Prosesi acara dimulai dengan pembacaan Ayat Suci Al-Qur’an, dilanjutkan dengan pembacaan Barzanji dan sambutan tokoh masyarakat setempat. Sebelum da’i menyampaikan pidatonya protokol memberi kesempatan kepada orang yang sudah ditentukan untuk membawakan qasidah dan lagu-lagu Islami. Nampak sekali masyarakat yang mengikuti acara dengan semarak dan larut dalam alunan sya’ir yang dilantunkan dengan suara dan intonasi yang bagus. Tiba saatnya da’i yang dari tadi sudah hadir naik ke podium yang sangat bagus dengan hiasan motif Aceh dan warna-warni dekorasi yang menghiasinya. Dalam pidatonya secara panjang lebar mengupas tentang maulid Nabi Muhammad SAW dan nilai-nilai Islam yang perlu direnungkan kembali dari peringatan maulid tersebut. Secara umum da’i menyampaikan dalam muhadharah/ceramahnya :
Kita sebagai orang muslim hendaknya selalu ingat jasa-jasa orang-orang terdahulu. Rasulullah SAW yang lahir tanggal 12 Rabi’ul Awal Tahun Gajah, telah mewariskan Islam kepada kita. Islam yang diwariskan beliau, kita sebagai umatnya, dan mengakui beliau sebagai Nabi dan Rasul harus selalu ingat dan memperingati kelahirannya dan menghargai jasa-jasa dan warisan yang telah ditinggalkan kepada kita. Dalam peringatan maulid tahun ini ada beberapa pesan yang ingin saya sampaikan, yaitu: pertama Nabi Muhammad SAW adalah Rasul terakhir yang membawa risalah kepada umat manusia. Kita sebagai umatnya harus tetap istiqamah berpegang teguh dengan keimanan yang teguh kepadanya dan selalu mewarnai kehidupan kita dengan risalah yang dibawanya. Kedua, Nabi Muhammad SAW adalah teladan yang sangat baik dalam seluruh aspek kehidupan. Jadikan dia sebagai contoh kita dalam bertindak, beribadah, berkata, berakhlak, berbusana, berdagang, dan aspek kehidupan lainnya, semoga hidup kita bernilai adanya. Ketiga, sebagai orang yang hidup pada generasi yang ke sekian dari generasi Nabi, kita harus selalu ingat dan memperingati sejarah-sejarah masa lalu dan menjadi pelajaran yang sangat berharga untuk masa depan. Buka kembali tarikhul-Islam, kita akan menemukan catatan-catatan sejarah tentang perjuangan Rasulullah SAW dan sahabat-sahabatnya.

  1. Keunggulan Muhadharah dan Pengaruhnya Bagi Pengamalan Agama Masyarakat Samalanga

Berdasarkan hasil interview yang penulis lakukan dengan key informan dan informan pendukung keunggulan muhadharah da’i Dayah Mudi dapat digambarkan dari dua dimensi tinjauan, yakni faktor internal (dari dalam) dan eksternal (dari luar) sebagai berikut:
3.1. Faktor Internal
Keunggulan muhadharah/ceramah dilihat dari faktor internal yang dilakukan da’i Dayah Mudi ada beberapa indikasi, antara lain:
3.1.1. Persiapan dan Pemantapan
Sebagai seorang da’i yang mempunyai kompetensi dan mental yang memadai tidak terbentuk dengan sendirinya. Pembentukan itu perlu proses persiapan dalam bentuk latihan-latihan rutin dan kontinyu. Da’i Dayah Mudi dalam hal ini persiapan awal dalam bentuk latihan dan membentuk kompetensi yang memadai dalam bidang muhadharah, dilakukan dengan latihan rutin. Kegiatan ini menjadi program khusus yang harus diikuti oleh setiap santri, dan pengelolaanya di bawah kewenangan kabilah masing-masing.
Dengan adanya latihan itu kemantapan seorang da’i dalam pidato tentu saja terbentuk menjadi kemampuan andalan dalam mengendalikan forum muhadharah/ceramah yang dikelolanya. Demikian lagi dengan persiapan materi dan wawasan global sebagai bahan perbandingan, dalam hal ini da’i dayah menggunaan berbagai bahan bacaan yang tersedia dan mengikuti perkembangan lokal, nasional, regional dan internasional yang terus bergulir dan mewarnai masyarakat dunia .
Dapat disimpulkan disini bahwa da’i dayah Mudi memiliki persiapan sedemikian rupa sebagai langkah awal yang perlu diperhatikan sebagai seorang da’i dalam aktivitas dakwahnya.
3.1.2. Kekuatan Agama (Meuphom Ilmee Agama)
Kekuatan ilmu agama yang menjadi dasar utama dalam menjalankan dakwah bagi masyarakat memegang peranan penting. Apa yang sudah diwariskan Abon dalam pengembangan pendidikan Islam harus betul-betul meuphom ilmee agama. Ini adalah modal utama yang harus dimiliki sebelum memberi pencerahan agama kepada masyarakat. Sangat tidak memungkinkan seorang da’i yang hanya memiliki ilmu yang pas-pasan (modal dengkul) memberikan pemahanan agama kepada masyarakat sekitar.
Seirama dengan apa yang ditekankan Abon bagi da’i yaitu mengutamakan ilmu dalam berdakwah, sebagai muslim sangat ditekankan memiliki ilmu dan ini termasuk kewajiban utama bagi setiap muslim. Hal ini seperti dalam sebuah hadist Rasulullah SAW bersabda: “Menuntut ilmu adalah suatu kewajiban bagi setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan”. (H.R. Bukhari)
3.1.3. Kekuatan Motivasi (Got Niet)
Di samping punya ilmu agama yang kuat (meuphom agama), da’i juga harus memiliki kompetensi yang termasuk dalam domain afektif, yaitu yang berhubungan dengan sikap tulus ikhlas dalam menjalankan misi dakwah. Hal ini seperti yang sangat diharapkan dari calon da’i yang terjun ke tengah-tengah masyarakat. Jadi modal niat yang ikhlas untuk beramal (got niet) dalam berdakwah mempunyai nilai pahala yang lebih yang didambakan.
Dorongan yang kuat dari dalam diri sendiri didukung oleh tanggung jawab terhadap dakwah. Ini sangat penting mengingat dakwah adalah tugas setiap pribadi muslim, yang bersifat membawa angin pencerahan akan kebaikan nilai-nilai Islam. Target yang dituju dari aktivitas dakwah baik untuk muslim dalam konteks internal keislaman atau non muslim, sebagai eksternal Islam, yang juga menjadi target dari misi dakwah . Yang terpenting niat itu harus timbul dari pribadi sebagai modal dasar bagi da’i. Ini harus dimiliki ketika kegiatan dakwah itu dilakukan. Untuk tahapan awal boleh saja dorongan itu berasal dari pihak lain sebagai eksternal motivation dalam berdakwah .
3.1.4. Kekuatan Aktivitas (Got Buet)
Aktivitas para da’i dalam kehidupan sehari-hari berpengaruh besar terhadap mad’u, di samping aktivitas atau amal itu juga merupakan dakwah tersendiri dengan pendekatan kondisi prilaku (dakwah bil hal). Dengan baik amal yang dilakukan masyarakat pada umumnya akan tergerak untuk melakukan instropeksi diri. Rasulullah dalam hal ini adalah contoh terbaik dalam segala dimensi kehidupan manusia, termasuk dalam beramal. Allah SWT berfirman: “Sungguh ada bagimu pada diri Rasul itu contoh teladan yang baik” (QS: Al-Ahzab : 21 )
Bahkan Abu Mudi sangat mengharapkan alumni-alumni dayah Mudi yang pulang ke kampung sementara atau tetap, masalah amal dan aktivitas kehidupan lainnya dalam masyarakat yang sesuai dengan nilai-nilai Islam, sangat ditekankan untuk diutamakan. Kalau ini diperhatikan konsekwensinya masyarakat dalam komunitasnya akan dapat menilai dan dengan sendirinya mengikuti arah yang diinginkan oleh da’i.
3.1.5. Memulai dari Diri Sendiri (Bak Droe Phon)
Amal yang baik adalah amal yang dikerjakan secara rutin dan terjaga, walau amal itu sedikit, dan untuk seorang da’i memulai dari diri sendiri merupakan nilai plus dalam berdakwah, yaitu dengan melakukan sendiri dulu. Kemudian yang lain akan mengikuti. Tidak ada istilah yang digunakan oleh da’i preh bo ara anyot (menunggu saja). Setelah terjadinya kesalahan-kesalahan dalam ibadah dan pengamalan ajaran Islam baru kemudian memberi pencerahan untuk memperbaikinya.
3.2. Faktor Eksternal
Memahami sosial budaya (meuphom udep ureung gampong), dalam hal ini da’i Mudi Mesjid Raya meskipun berasal dari berbagai kabupaten/kota di Aceh, juga di luar Aceh, dengan lamanya tinggal dan bergaul dengan masyarakat sekitar otomatis budaya masyarakat setempat akrab dan dimengerti. Tanpa pemahaman akan sosial kemasyarakatan suatu komunitas jarang sekali aktivitas dakwah berhasil. Bagi sebagian yang memang berasal dari kecamatan-kecamatan sekitar Samalanga adalah bukan hal yang sukar untuk memahami itu. Karena budaya masyarakat Samalanga dengan sekitarnya masih berasal dari rumpun yang satu, yang dekat dengan nilai-nilai Islam. Apalagi masa kesultanan Iskandar Muda kecamatan sekitar Samalanga seperti Kec. Ulim, Kec. Bandar Dua, Jeunieb, Pandrah bahkan Peudada termasuk wilayah Samalanga Raya, dan pelaksanaan shalat jum’at saat itu diadakan di satu tempat yakni Mesjid Raya Samalanga.
Memahami kebutuhan rohani (meuphom yang perlee ke ubat jiwa), dengan banyak melakukan interaksi sosial masyarakat, da’i Dayah Mudi mengerti sekali dengan apa yang dibutuhkan sebagai kebutuhan rohani masyarakat. Konteks ini terjadi banyak sekali da’i yang berasal dari Aceh dan luar Aceh, sudah menetap dan tinggal menjadi bagian dari warga Samalanga. Dari aktivitas dan prilaku mereka sendiri akan tau kita yang yang mereka butuhkan bagi santapan rohaninya.
Terjangkau (jarak dan dana), kondisi ini sangat memungkinkan dimana da’i Dayah Mudi Mesjid Raya, disamping sudah menetap di Samalanga, baik di lingkungan dayah maupun jauh dari komplek dayah, karena terjadinya proses perkawinan dengan penduduk setempat. Bahkan ada juga yang mengupayakan tinggal di sekitar Samalanga, walaupun asalnya dari luar Samalanga dan keluarganya pun bukan dari komunitas dayah. Dengan kondisi seperti ini jarak yang ditempuh untuk melakukan kegiatan dakwah bukan persoalan, sehingga menjadi kelebihan tersendiri bagi da’i Dayah Mudi. Di samping itu dana yang dibutuhkan akan sedikit dan bukan suatu kendala yang berarti dalam menjalan dakwah dengan pendekatan seperti ini.

  1. Perkembangan Pengamalan Agama Masyarakat Samalanga Pasca Aktifitas Muhadharah

    Masyarakat Samalanga termasuk masyarakat yang taat dalam menjalankan ajaran agamanya. Ini suatu kondisi yang perlu dipertahankan, dan membutuhkan beberapa arah maju yang harus dicapai untuk terciptanya kondisi yang Islami di seluruh aspek kehidupan masyarakat. Menurut Tgk. Tu Bulqaini masyarakat membutuhkan suasana yang sangat mendukung dan baik dalam menjalankan ajaran agama. Konflik yang berkepanjangan di Aceh khususnya Samalanga berpengaruh besar terhadap aktivitas keagamamaan yang akhir-akhir ini agak meredup, seperti aktivitas jamaah shalat subuh dan kegiatan lainnya yang diadakan malam hari. Bahkan untuk acara resepsi perkawinan yang dulunya pra konflik banyak yang mengadakan pada malam hari, di masa konflik dan pasca konflik tidak lagi dan telah dibudayakan diadakan pada siang hari. Secara umum masyarakat Samalanga taat dalam menjalankan ajaran agamanya, walaupun ada juga sebagian yang kadang-kadang, dan hanya sebagian kecil saja yang tidak taat sama sekali.


source image

  1. Analisa Penulis
    Sebelum santri Dayah Mudi Mesjid Raya terjun ke tengah-tengah masyarakat dalam misinya menyampaikan dakwah, khususnya dengan pendekatan muhadharah, Dayah Mudi Mesjid Raya membekali santrinya dengan pelatihan-pelatihan yang kontinyu terhadap kehandalan dan kemampuan santri. Pelaksanaan latihan muhadharah ini diadakan setiap hari Kamis malam ba’da shalat ‘Isya. Pelaksanaan Muhadharah sebagai metode pelatihan dakwah bagi kader da’i ini dilaksanakan secara Jum’atan begitu juga kegiatan lainnya seperti latihan Bacaan Dalailul Khairat dan Barzanji.
    Bagi santri mengikuti muhadharah termasuk kewajiban yang harus diikuti, nanti dengan sendirinya akan terbentuk keahlian yang menonjol bagi yang punya potensi dan bakat sebagai unsur pokok bagi da’i. Latihan Muhadharah diadakan untuk membekali para santri supaya mampu menyampaikan misi agama khususnya dengan cara lisan yang baik. Hasil analisa penulis menyimpulkan beberapa keunggulan teknik muhadharah yang dipraktekkan oleh dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga, yaitu :
    a. Obyek kegiatan muhadharah. Kegiatan muhadharah yang dilakukan setiap seminggu sekali pada Kamis malam ba’da shalat Isya ini berorientasi pada bidang dan kajian keagamaan dengan segala aspeknya. Kegiatan muhadharah atau latihan pidato ini dilaksanakan untuk membentuk kader-kader da’i menjadi da’i yang profesional. Menurut Tgk. H. Mubarrak selaku pengurus, mengatakan bahwa mereka yang mengikuti latihan muhadharah ini adalah seluruh santri dayah..
    b. Media yang digunakan. Untuk menunjang kebaikan dalam menyampaikan ceramah ini, agar lebih jelas dipahami dan lebih akurat dalam menangkap penjelasan dari kader-kader da’i maka dalam hal ini penyampaiannya di perlukan media. Media yang digunakan di dalam kegiatan muhadharah ini adalah media lisan dan mimbar.
    c. Materi dalam pelaksanaan muhadharah sebagai metode pelatihan dakwah. Dalam memberikan ceramah dan juga menguraikan sebuah permasalahan biasanya kader da’i menggunakan materi yang didapat dari kitab dan buku-buku dan Al-Qur’an dan hadits terutama masalah akhlak. Tetapi agar tidak jenuh dan materi tidak membosankan, biasanya setiap hari atau bulan-bulan tertentu materi dapat dilihat dari keadaan yang sedang aktual. Seandainya bulan Muharam maka dicuplikanlah tema-tema itu dengan menceritakan tentang hijrah Nabi, kemudian kalau bulan Rab’iul Awal maka temanya diganti dengan Maulid Nabi Muhammad SAW, kalau bulan Dzulhijjah maka tema itu diubah menjadi cerita tentang qurban. Hal itu berjalan bagaikan siklus melihat situasi dan keadaan.
    Implikasi dari metode muhadharah yang diterapkan tersebut, dayah MUDI Mesjid Raya telah menghasilkan banyak kader yang berprofesi da’i dalam membina umat. Khususnya di Kecamatan Samalanga, kader-kader da’i tersebut antara lain bertugas sebagai guru ngaji/pimpinan majlis ta’lim, khatib, pendakwah, pemangku adat dan lain sebagainya.
    Bagi masyarakat Samalanga yang sudah begitu lama menjadi bagian dari komunitas yang tidak terpisahkan dengan dunia dayah keberadaan da’i dayah Mudi memiliki arti penting untuk melakukan pemantapan di bidang keagamaan dan pendidikan. Sumbangsih alumni-alumni yang menetap di berbagai sudut wilayah Samalanga mempengaruhi warna yang sangat signifikan terhadap dakwah yang dilakukan. Tidak jarang da’i Dayah Mudi menjadi sentral aktivitas pendidikan ilmu agama. Bahkan mereka mampu mengelola pengajian akbar dengan kapasitas peserta yang tidak terbatas, baik dengan menggunakan lapangan terbuka dan sifatnya monolog, juga dalam ruangan tertutup yang sifatnya dialog. Ini merupakan nilai plus yang dimiliki da’i Dayah Mudi. Implikasi dari pergerakan muhadharah yang dilakukan oleh para da’i dari dayah Samalanga ini telah meningkatkan aktivitas ibadah dan aktifitas keagamaan lainnya.

C. PENUTUP
Dari uraian yang telah penulis paparkan dalam pembahasan di atas, penulis dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

  1. Aktifitas muhadharah (ceramah) yang dilakukan di Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga adalah didasarkan atas latihan rutin sebagai pengembangan kemampuan da’i. Latihan tersebut dikelola oleh pengurus khusus yang ditunjuk untuk memaksimalkan latihan secara teratur.
  2. Keunggulan aktifitas muhadharah (ceramah) yang dilakukan di Dayah MUDI Mesjid Raya adalah dengan mengelola objek dan menggunakan media dan materi latihan yang terintegasi. Keunggulan dari aktifitas ini adalah melahirkan tenaga da’i yang memiliki bakat dan kemampuan muhadharah (ceramah) yang baik sehinggga ceramahnya dapat diterima oleh masyarakat luas.
  3. Muhadharah (ceramah) yang dilakukan oleh kader da’i dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga telah memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pengamalan ajaran Agama Islam masyarakat Kecamatan Samalanga. Hal ini dapat dilihat dari sikap dan prilaku masyarakat Samalanga baik dari segi aqidah, muamalah dan pelaksanaan ibadah lainnya.
Sort:  

Congratulations @yusfriadi: this post has been upvoted by @minnowhelpme!!
This is a free upvote bot, part of the project called @steemrepo , made for you by the witness @yanosh01.
Thanks for being here!!

Congratulations! This post has been upvoted from the communal account, @minnowsupport, by yusfriadi from the Minnow Support Project. It's a witness project run by aggroed, ausbitbank, teamsteem, theprophet0, someguy123, neoxian, followbtcnews, and netuoso. The goal is to help Steemit grow by supporting Minnows. Please find us at the Peace, Abundance, and Liberty Network (PALnet) Discord Channel. It's a completely public and open space to all members of the Steemit community who voluntarily choose to be there.

If you would like to delegate to the Minnow Support Project you can do so by clicking on the following links: 50SP, 100SP, 250SP, 500SP, 1000SP, 5000SP.
Be sure to leave at least 50SP undelegated on your account.