Laboratorium Maya

in #steempress4 years ago

Srrrrrtttt......

Sebuah suara terdengar di sela-sela petikan gitar John Mayer melalui headset-ku, aku menoleh heran ke samping. Benar saja, alat sentrifus bekerja, ia berputar seirama siulan Mayer di “Stop This Train”.

“Nauli... ” panggilku pelan dan mulai kuulang kembali, “Nauli! Di mana?” yang ada hanya senyap. Alat sentrifus sudah berhenti, padahal aku tak salah lihat tadi memang berputar.

Pukul empat sore biasanya kampus masih ramai, tapi saat pandemi begini, jangankan laboratorium, kampus pun memang tutup. Huf, kalau tidak mengejar wisuda bukan lima ini, aku pun rasanya tak ingin menghabiskan waktu di tempat yang berisiko seperti ini. Suara pintu lab dibuka, Nauli muncul sambil menepuk-nepuk kemeja bagian depannya.

“Aiish, sebelnya! Keran di toilet tetiba muncrat gitu. Basah, deh, baju gue!” datang-datang ia mengadu.

Tetiba...kenapa Nauli bilang tiba-tiba.

“Memang kerannya udah nggak bener, itu. Ah, kampus ini miskin banget, apa, ya? Sampai nggak ada maintenance untuk hal yang kayak gitu!” repet Nauli belum berhenti.

Ssrrttttt..... klak...klak..klak....

Aku dan Nauli terbelalak...alat sentrifus berputar, timer autoklaf bergeser, katup pengamannya menutup sendiri. Belum lagi jantung kami berdetak memompa darah berikutnya, colony counter berbunyi. Tak...tak..tak..

“Huwaaaaa!”kami sontak berteriak ngeri. Bulu tengkukku terasa meremang.[]



Posted from my blog with SteemPress : https://stanzafilantropi.com/laboratorium-maya/