Waktu Injury Time Wilayah Taman Hati

in #story6 years ago (edited)

image

14 abad yang lalu, Nek Bari seorang lagenda yang menghabiskan hidupnya sebagai penjual bakoeng asoe pernah berpetuah: "Nak, cinta tak ubahnya bakoeng asoe dengan rasa reuhang saat dikabom. Sekalipun ada manis-manisnya. Maka selalu penting menjulur lidah (lien lidah) sebagai simbol perlawanan bahwa asmara banyak rasanya".

Petuah Nek Bari 14 abad yang lalu, masih diingat dalam ruang memori generasi ke generasi. Bahkan petuah tersebut turut diabadikan pada minjeng (cincin sumur) sumur tua, yang dirawat baik agar tak ada lumut yang menutupi pahatan petuah tersebut. Ketika tersebut kata lumut, saya jadi teringat sebuah akronim "Ikatan Jomblo Lucu dan Imut" (Ijo Lumut).

Maka nasib seorang pria berkulit gelap ini idealnya tak berlumut. Sebaik-baiknya doa tentu berharap seorang teman hatinya cepat berbunga lalu mekar seketika. Karena boleh jadi, jatuh cinta memang soal waktu, tetapi, layaknya hobi yang ia geluti (sepakbola dan futsal), cinta juga mengenal masa injury time.

Saya masih berharap masih ada kesempatan di sisa waktu tambahan, karena jika tidak, bisa gawat. Tak ada yang lebih mengerikan selain masa tua yang sepi, dengan predikat agung; bujang lapuk. Maka perlu perubahan strategi agar taman itu tidak selamanya kosong. Sebab, seluas apapun lahannya, sesubur apapun tanahnya, bila tanpa tanaman; bunga, maka segalanya percuma.

image

Musim berganti, waktu berlalu, tapi status ya itu-itu saja. Taman tak berbunga, yang banyak hanya rerumputan, bahkan boleh jadi pagarnya mulai dimakan rayap. Nasib kadang tak seindah tendangan pisang lagenda Brazil, Kaka. Jikapun ada istilah blunder, boleh jadi yang khilaf hanya urusan pas dan tidak. Sesederhana itu.