Belajar Arti dan Makna Kata – “Saya” dan “Aku”

in #writing6 years ago (edited)

Ada yang lebih suka menggunakan kata “saya”, ada juga yang lebih senang memakai kata “aku”. Alasan lebih senang tidak masalah, tetapi sebaiknya dipahami juga mengapa kata “saya” atau “aku” yang dipilih dan digunakan. Jika hanya karena kebiasaan atau lingkungan, maka dari itu belum tentu sebenarnya mengerti dan paham, meskipun kedua kata ini paling sering digunakan dalam keseharian.

Jika mengikuti Kamus Besar Bahasa Indonesia (https://kbbi.web.id), kata “saya” dideskripsikan sebagai 1 orang yang berbicara atau menulis (dalam ragam resmi atau biasa); aku; 2 ya: -- , Tuan!. Sedangkan kata “aku” dideskripsikan : yang berbicara atau yang menulis (dalam ragam akrab); diri sendiri; saya. Bagaimana menurut Anda masing-masing?!

IMG_20171212_235634.jpg
Teringat ketika ingin sekali belajar membuat script film, lalu mendapat kesempatan pergi ke Universal Studio di Florida, Amerika Serikat saat masih di bangku sekolah SMA, senangnya minta ampun! Sempat melihat dan bertanya banyak sana sini, dan memang intinya kembali lagi pada kekuatan dari diri sendiri di dalam berkarya dan berimajinasi, dan hanya dengan memiliki jati diri serta kepribadian yang kuatlah kita pun bisa berkarya original.

Sebelum melanjutkan, mungkin ada yang bertanya, memangnya boleh kita memiliki deskripsi kata kita sendiri?! Pertanyaannya lagi, siapa yang melarang?! Kita boleh saja memiliki deskripsi masing-masing atas setiap kata, sesuai dengan diri kita sendiri dan menjadi ciri khas atau cerminan jati diri kita. Namun, tentunya deskripsi tersebut bukan deskripsi yang disepakati bersama seperti yang terurai di dalam kamus, sehingga belum tentu semua orang paham dan mengerti. Kita sendiri pun barangkali hanya mengerti dan paham sebatas menggunakannya saja, kan?!

Sekarang siapkan buku kosong coret-coretan seperti yang sudah saya minta siapkan sejak posting “Belajar Arti dan Makna Kata – Pendahuluan”. Langkah pertama adalah dengan mencoba menguraikan kata “saya” dan kata “aku” sebanyak masing-masing 40 uraian. Jangan mengeluh dulu, ya, dicoba dulu! Jumlah 40 uraian itu bagi pemula, kalau yang sudah lebih mahir harus bisa minimum 100 uraian, dan yang memang sudah mahir harus bisa sebanyak 300 uraian.

Teknik ini adalah teknik lama yang diberikan oleh para penulis lama yang sudah tiada kepada saya, seperti kakek Rosihan Anwar, yang kebetulan pada awal saya menulis, beliaulah yang membantu saya. Begitu juga yang diajarkan oleh seorang dosen kelas perubahan politik internasional saya, DR. M. Ramesh, untuk membantu saya bisa berpikir lebih jernih untuk memahami setiap kata, sebab di dalam politik, kata itu sangat berperan. Biarpun keras, tetapi saya menyukainya, karena ini sangat membantu sekali agar kita bisa benar paham dan mengerti semua kata yang kita ucapkan dan tuliskan, karena kita juga yang harus bisa mempertanggungjawabkannya. Untuk membaca pun juga sangat membantu, karena kita bisa lebih bisa paham dan mengerti maksud serta tujuan penulis. Tidak ada ruginya sama sekali belajar menggunakan teknik ini, yang sayangnya sudah ditinggalkan di “jaman now” ini.

Mencoba menguraikan kata “saya” dan “aku” ini memang merupakan praktek dari “Belajar Arti dan Makna Kata – Melihat Dari Segala Sudut Pandang”, di mana kita memang harus bisa mengarahkan imajinasi kita sendiri terhadap diri kita sendiri, lebih kepada pribadi, pemikiran, hati, semua yang lebih di dalam diri, bukan hanya sekedar tampilan, keinginan, ambisi, cita-cita, pekerjaan, atau lahiriah semata. Percaya tidak percaya, kata “saya” akan jauh lebih sulit untuk diuraikan daripada kata “aku”. Coba saja sendiri!!!

Kata “Saya” dalam bahasa Inggris adalah “I”, sedangkan kata “Aku” lebih dekat dengan kata “Me”, yang lebih bersifat kepemilikan. Memang banyak perdebatan soal ini, apalagi terjadi pergeseran penggunaan kedua kata tersebut sejak kata “saya” pertama kali digunakan dalam sebuah buku berjudul “Student Hidjo”, karya Marco Kartodikromo, 1918.

“Cara Marko Kartodikromo menulis bukunya benar-benar berbeda dari cara menulis para penulis terkenal dan senior pada masa itu, seperti Armjin Pane. Dia benar-benar keluar dari standard Bahasa pada saa itu. Kata-kata yang digunakannya tidak mendayu-dayu tetapi sangat kuat dan cerita. Tampak aneh menggunakan kata “Saya” pada saat itu, terutama pada sastra, tetapi beliau memiliki argumen soal ini. Beliau memiliki persepsi berbeda atas kata “Hamba” yang biasa digunakan oleh penulis dari Sumatra, dan tidak juga mau memakai kata “Aku: seperti yang digunakan penulis asal Jawa. Kata “Hamba” terlalu pasif baginya, sementara kata “Aku” terlalu kasar dan tidak sopan. Beliau memilih menggunakan kata “Saya” untuk menjelaskan posisinya yang sama dengan yang lain tetapi juga tetap menjaga standard kesopanan.” – (https://steemit.com/explore1918/@mariska.lubis/student-hidjo-1918-novel-that-become-an-imporant-history-of-changes-in-indonesia-bilingual)

Kita tidak perlu membahasnya, ini hanya sekedar pengetahuan sejarah yang sepatutnya kita ketahui agar kita juga bisa lebih arif di dalam menentukan pilihan kata yang hendak kita gunakan. Yang terpenting adalah kita sendiri benar tahu arti dan makna kedua kata tersebut dan tahu kapan digunakan serta di mana ditempatkannya. Jangan sampai kita salah dan kemudian bingung sendiri, atau bahkan hanya ikut-ikutan tanpa tahu dengan pasti yang sebenarnya. Salah ikut, bisa ikut salah.

Dari 40 uraian yang sudah dibuat atau toal 80 uraian dari kedua kata tersebut, kita juga sebenarnya bisa menggunakan setiap uraian tersebut menjadi tema dari tulisan kita sendiri. Ini menjadi trik juga sebenarnya agar tidak kehabisan ide di dalam menulis, atau tidak juga berkutat pada yang sama terus, tetapi bisa lebih kreatif dan imajinatif. Satu kata saja bisa menghasilkan banyak tulisan, dan alangkah menyedihkannya bila kita bisa kehabisan ide dalam menulis, sementara ada banyak sekali bahan yang sesungguhnya bisa kita tuliskan.

Ambillah kesimpulan dari semua uraian tadi, sebenarnya apa yang dimaksud dengan kata “saya” dan “aku” menurut Anda sendiri. Ambil buku tebal satu lagi, dan jadikanlah buku tersebut sebagai kamus kata pribadi Anda sendiri, yang penting dimiliki oleh penulis. Seperti yang sudah sering saya katakan, penulis besar biasanya selalu memiliki kamus kata-kata pribadi mereka, dan ini adalah kunci dari setiap tulisan yang mereka buat. Tulislah deskripsi kata “saya” dan kata “aku” versi Anda masing-masing di dalam kamus tersebut. Isilah kamus tersebut dengan sebanyak mungkin kata, dengan menggunakan metode yang sama dengan cara di atas. Semakin banyak kata dalam kamus pribadi kita sendiri, maka akan semakin kuat juga jati diri dan kepribadian kita, di dalam menulis dan juga di dalam keseharian. Di dalam membaca pun kita bisa lebih arif dan mengerti, karena kita sendiri sadar penuh tiap orang memang berbeda.

Sekedar saran, lanjutkan dulu dengan mencari deskripsi kata “Anda”, “Kamu”, “Dia”, “Mereka, “Kami”, dan “Kita” sebelum mencari kata yang lain. Satu persatu saja, tidak perlu buru-buru. Saya pun mengerjakan kamus pribadi saya sudah lebih dari 25 tahun dan masih terus saya lanjutkan hingga kini. Sabar, tekun, sabar, tekun, sabar, tekun. Itu saja yang harus dilakukan, kok! Hehehe…

Selamat mencoba dan semoga berguna bermanfaat!

Bandung, 5 Maret 2018

Salam hangat selalu,

Mariska Lubis

Sort:  

Mantap , itu yg atas photo siap ka horor bgt. Heee ..

foto horor hahaha...

aku adalah I'am dan saya adalah me :D
Dibolak-balik semakin asik semakin menarik :D

Nah. Ini dia pelajaran top. Langsung dari ahlinya. Makasih kak @mariska.lubis

semoga berguna dan bermanfaat ya...

Sangat inspiratife sekali...makasih ibu @mariska.lubis.. moga termotivasi

amin, terus semangat menulis ya @cingfyan!

Aku, adalah aku, berarti aku bukan anda, dia ataupun mereka... Aku akan tetap aku... Hehehhe

Aku adalah kita dan kita adalah mereka... wkwkwkkw...

Keren kkqu, upvote you kk

calon Dirut PLNku.... ;)

Setiap pilihan kata, secara tak langsung mencerminkan kepribadian penulisnya :D

Tentunya demikian... ;)

sebenarnya 2 tahun yang lalu saya juga pernah melakukan hal yang inspiratif ini,tapi saya mudah bosan dengannya,dan tapi bnayak orang sukses seperti kan @mariska.lubis melakukan hal ini ternyata.
terima kasih sang motivator

ayo dilanjutkan lagi, kalahkan kebosananmu dengan kesabaran dan ketekunanmu...

Akan saya usahakn bunda,,hhe
Bantu2 @derryichsan ssekali ya,,,
Untuk membakar smangat mnulis ini,yg sudah lama padam

Waaah! Top markotop ini, mah. Etapi, aku tetap lebih suka menggunakan kata 'aku'dalam bertutur di beberapa blogku, termasuk do steemit ini, Teh.

Aniwei buswei, haturnuhun pisan untuk masukannya, Teh. 😊

kalau Ihan disesuaikan, untuk postingan di blog, yang agak santai, seperti kak al bilang, pake aku hehhe, tapi kalau yang agak seriusan sering pake saya sih... tergantung temanya juga kali yaa....

bisa, tergantung pada situasi dan kondisi juga... ;)

yang penting tahu persis aku itu siapa... hehehe...

Kalau fara tergantung mau nulis apa kak. kalau ke tulisan2 yg nyeleneh lbh bnyk menggunakan kata aku.
Tapi kalau tulisan2 yg mau fara jdkan sbg tulisan yg agak sakral (menurut fara), fara pke penggunaan kata saya

Ya memang sangat tergantung banyak hal, namun coba saja uraikan kata "saya" dan "aku" itu untuk belajar menemukan jati diri yang lebih kuat dalam menulis.

Hmmm, ulasan dan paparan dengan gaya bahasa, kata / kata hingga menjadi sebuah kalimat yang begitu mentereng, inilah satu sisi kelebihan penulis handal sekelas teteh @mariska.lubis ini tentu saja sebuah pembelajaran yang cukup mendetil dan tepat guna, semoga bisa menjadi sebuah motivasi buat saya, salam kompak dan jabat erat selalu

semoga berguna dan bermanfaat... salam hangat selalu...

kalau saya sih suka-suka aja kapan pakainya, soalnya aku bukan ahli bahasa. awuwu

Heheeh tidak perlu menjadi ahli bahasa tetapi belajar bahasa itu perlu untuk membantu diri kita sendiri dan masa depan bangsa negara, bahasa adalah pola pikir dan cara berpikir.

Kalau Aku untuk tulisan-tulisan yang agak kurang formal. Kalau saya untuk tulisan-tulisan yang formal. Mungkin kalau dianalogikan berpakaian, "aku" itu setelan santai pakai kaos. Kalau "saya" yang pakai kemeja atau batik. Kalau "hamba"? Mungkin pakai baju koko sama sarungan ya. Lagi berdoa. 😂😂

analogi yang memudahkan kita untuk berpikir yah... hahaha... kreatif!

Hahhaa, terima kasih Kak. 😅

Ketinggalan kelas. Soalnya sedang safar ini. Nanti akan duduk manis dan praktek langsung saat di rumah.

Thank you Mbak @mariska.lubis 😊👍

tenang saja, nggak perlu buru-buru, take your time...;)

Triknya sangat berharga, dan yang menarik dari tulisan ini, meskipun Penulis mbak @mariska.lubis mendorong pembacanya untuk menguraikan kata aku dan saya, namun jika diperhatikan keseluruhan penjelasan tersebut berbicara tentang beliau (kata saya) dan kata kita. Ada pengaruh berarti Mr. Marko disana dan jiwa sosial yang tinggi. Memang benarlah bahwa ada koneksi kuat para steemian sebagai fans dengan mbak Penulis ini. Mohon maaf jika penilaian saya salah.

Hahaha... bebas saja dirimu mengintrepetasikannya dan benar, saya memberikan contoh dari tulisan di atas.

Aku ingin sendiri
Saya ingin sendiri

Penggunaan kata aku dan saya dalam kegiatan yang sama. Saya mendeskripsikan dari sudut pandang rasa. Kalimat aku ingin sendiri seperti sebuah ucapan dari dalam hati yang tiba-tiba muncul begitu saja untuk diri kita sendiri. Sedangkan saya ingin sendiri lebih seperti kita sedang mengatakan kepada seseorang yang ada di sekitar kita. Apakah saya benar mendeskripsikannya atau salah Teh @mariska.lubis?
Mohon pencerahannya

Silahkan dicoba dulu latihan di atas untuk menemukan jawabannya sendiri... kisi-kisi: jangan jadikan apapun sebagai objek termasuk diri sendiri. ;)

Dalam dunia sastra dan memoar kata "aku" lebih bernyawa dan bernyala. Dalam tulisan akademik dan blog, saya merasa kata "saya" lebih tepat.

Dalam tulisan buku dan koran, kata "penulis" lebih saya pakai..

And I never think that is so harsh to use it.

It is not that difficult for a person with your class, abang! ;)

Sepakat dengan @ilhansunrise. Target readernya harus jelas. Containnya juga begitu...hehe! Thank pencerahannya kak.

yup, kalau dilihat dari penggunaannya, dari deskripsinya?!

Sungguh luar biasa tulisannya kak @mariska.lubis

semoga berguna dan bermanfaat.

Saat saya membuat sebuah laporan atau proposal dan papper resmi, saya menggunakan saya, alasannya "saya"menunjukkan attitude, saat saya membuat kabr non formal sesama teman yang sdh kenal secara emosional saya gunakan "aku" saya menunjukkan sebuah kedekatan secara emosional. I and Me menurut saya ketahui itu adalh Wordmates, tergantung letak sebelum atau sesudah kata ganti. Nah dari tadi saya gunakan "saya" berrti saya anggap forum ini forrmal bukan tempat kongkow....hehehe...

hahaha... bagaimana kemudian orang mampu menangkap apa yang dirimu maksudkan tanpa harus dijelaskan lebih dulu olehmu?!

Kita anggap aja orang yang kita mksud mempunyai inteligensi tingkat tinggi.... Makasi atas pembelajaran hari ini😁😁

Seperti biasa, saya selalu kagum setiap aksara yang terurai indah oleh Kakakku @mariska.lubis.

😊

ini hanya diktat kelas menulis saya hahaha...

Kali ini pembahasannya mengenai pronomina. Memang penting memahami sebuah sudut pandang ketika bercerita. Terima kasih kak @mariska.lubis

yup, karena itu bisa membantu kita semua terbebas dari pembodohan juga.

Waahh dapet kuliah kepenulisan lagiiii

sekedar berbagi saja hehehe...

Asli, belajar lagi nih. Bagi saya sih mbak, penggunaan kata Saya memang krn terasa lebih santun ketimbang aku.

Tapi tetap saja menggunakan kata aku juga. Untuk postingan yang sifatnya lebih pribadi. Postingan yang inginnya dituliskan seperti ketika bercerita dengan teman dekat.

Duh, susah ternyata menguraikannya. Makasih mbak, pelajaran menulis yg berharga.

ayo terus dicoba.... semangat!

Memang luar biasa kak @mariska.lubis, selalu memberikan banyak pengetahuan baru buat kami, terkadang penggunaan kata "saya" dan "aku" akan selalu menimbulkan perdebatan dalam segi pemaknaan. Namun, itulah yang paling unik dari setiap kata yang kita gunakan sehari-hari... Terima kasih kak @mariska.lubis.

Karena setiap orang tidak sama walaupun sama-sama manusia... hehehe...

Iy kak, kalau manusia semuanya tentu gak kan ada perbedaan yang unik, jadi dengan perbedaan banyak hal yang perlu kita pelajari, contohnya penggunaan kata ini...

Kalo saya mba, lebih memilih menggunakan 'saya' dalam percakapan langsung dan menggunakan 'aku' dalam tulisan. Soalnya, 'aku' kayanya lebih bisa memangkas jarak antara penulis dan pembaca. Jadi bisa lepas bercerita sesukanya seolah2 sedang bercerita dengan sejawat karib.

Siapakah saya? Siapakah aku?! mungkin itu yang harus dicoba diuraikan lebih detil lagi, dan gunakan saya dan aku sebagai subjek kemerdekaanmu dalam menemukan dirimu... ;)

Aku dan Saya. Keduanya aku pakai untuk menulis blog. "Aku" untuk hananan.com dan "Saya" untuk steemit. Setuju sama defisini Mbak Mariska di dalam tulisan di atas, "aku" memang terdengar lebih akrab ketimbang penggunaan "saya" yang lebih baku. Jadi aku memakainya dalam kehidupan sehari-hari juga disesuaikan siapa lawan bicaranya. :D

Saya lebih suka memakai kata "aku" dalam postingan saya di Steemit

Tetapi aku lebih suka memakai kata "saya" dalam komentar di Steemit dan di dunia nyata 😊

Jika sudah berkunjung ke postingan teh @mariska.lubis, pasti ada banyak ilmu yang bisa didapatkan. Trik2 nya sangat jitu dan ini terbukti dari hasil postingan teh mariska yg selalu memposting dalam tata bahasa yang mudah dimengerti dan enak untuk dibaca, semoga dengan mencoba trik yg telah dibagikan diatas saya juga bisa sehebat teh mariska dalam menulis.
By the way foto teh mariska waktu sekolah dulu imut banget dan senyumannya sangat mempesona. Hehehe.

Mantap abiiis mbak

Dalam pemilihan kata saat menulis Kata "aku" dan "saya" menjadi persoalan kebiasaan dan adat istiadat yang berbeda tiap suku di indonesia, berkaitan erat dengan kesopanan.

Kata saya lebih bersifat netral dan universal, diterima berbgai suku di indonesia, mungkin karena kata saya telah dipatenkan sebgai bahasa indonesia yang baku bersifat kesopanan paling tinggi.

Trmkasih ibu @mariska.lubis insya Allah sya terus mengikuti peljaran dri ibu' ;)

Udah gausah pake aku atau saya, pake adek aja biat lebih akrab. Hahahahaha

Postingan yang sangat bermanfaat bagi permulaan steem seperti saya dan saya sangat senang dengan adanya postingan ini. Jika ada waktu luang mampirlah ke akun kecil saya ini.

Setiap tulisan yang kaka @mariska.lubis selalu kepingin baca sampai habis
Makasih ilmunya kak

Setiap kata ada makna tersirat di dalamnya, sangat indah penjelasannya, terimakasih mbak @mariska.lubis

Mantap juga bunda saat masih remaja..hahaha

Dalam tata bahasa indonesia tidk memiliki mkna seperti bhasa inggris, I, I'm, atau me

Aku dan saya, lebih kepda komunikasi pembeda dengan siapa kita berbicara, tidak pukul rata sperti org bule, utk memanggil ayah ato temannya tetap memakai "you" sedngkan kita tidak sperti itu. Mngkin seperti itu dalam bhasa indonesia

Saya ataupun aku tidak memiliki mkna lain, sperti kepunyaan dlm bhasa inggris.

Bhasa indonesia akan menjadi jelas mkna dn tujuannya jika dismbung dengan kata lain, "aku memmiliki rumah", "saya memiliki rumah" tapi jika hanya ada kata "aku", dan "saya" maka tidk memiliki mkna lain. Mungkin itulah yg dpat sya pahami,...

Hnya pada tataran syair maka akan timbul mkna lain dri kta2 tersebut, dan deskripsi itupun bersumber dri si penyair sja. Sya kurang paham dgn bahan kuliah x ini dri kakak @mariska.lubis jgankan 40, dua bijikpun saya tak dapat mendeskripsikan.

Mhon penjelasannya, mngkin bisa diberi stu contoh. Saya gk paham tpi penasaran. Mungkin tulisan ini bukan diperuntukkan utk sya yg bdoh ini. Kajian ini sudh tinggi sekali hhehe

KIta tidak sedang bicara sesuai dengan kaidah bahasa, tetapi kepada pencarian arti dan makna kata yang sering kita gunakan sesuai dengan diri kepribadian diri kita sendiri agar setiap kata yang kita tuliskan itu memiliki jati diri kita yang kuat. Makanya di atas saya sebutkan itu bukan itu yang saya minta, tetapi cobalah mencari sendiri, walau itu di luar dari kesepatakan tata bahasa dan tidak perlu juga diperdebatkan.

Kenalilah dirimu maka dirimu akan kenal dengan Tuhanmu, bila dirimu tidak mampu menguraikan berarti kamu tidak kenal dirimu sendiri. Jadi sebaiknya terus dipikirkan, sebenarnya dirimu itu bagaimana sebagai "saya" dan sebagai "aku', di mana saya lebih objektifitas sementara "aku" lebih cenderung kepada kepemilikan.

Saya tidak mau memberikan contoh karena harus murni dari dirimu sendiri, apapun itu yang keluar, maka itulah dirimu karena tidak ada benar salah di sini, tetapi yang ada adalah keberanianmu untuk menilai dirimu sendiri.

Masya Allah kak, smakin pening koq saya ya.. mungkin kopi dn sbatang rokok dpat membantu...

Sya paling gk bisa ditantang kyak bgini... hrus buat sebijik deskripsinya ne,.. klo gk dapat can gk bisa tidur nyenyak.

Okeh ane coba ye

Aku= memiliki makna tunggal dalam ruang lingkup tunggal tidak memiliki interaksi dengan sesuatupun.

Sya= memiliki mkna interaksi terhadap sesuatu, dn tidk memasuki ranah tunggal dari "aku"

Aku= memiliki mkna pengakuan akan apa yang dimiliki dari dn untuk si aku tersebut.

Sya=memiliki mkna pengakuan terhadap sesuatu yang bukan berasal darinya.

Aku=memiliki mkna kesombongan untuk mngtakan dirinya sendiri tanpa harus memandang sesuatu yg lain diluar dri miliknya.

Sya= miliki makna merendah dn mngangkat derajat diluar dri miliknya

Ya kak seperti itu kira2 bisa dibungkos?

Iya aja kakak jawab ya dripada aku gilak mikirnya, hahhaha

nah kan keren! hahaha... pasti bisa!

Kalau saya lebih sering menggunakan kata "Saya" mbak, karena lebih terdengar sopan, jarang saya menggunakan kata "Aku", karena dari kecil saya selalu diajari org tua supaya selalu bertutur kata yg sopan dan baik, postingan yang berisi dari mbak kurator idola saya, penuh inspirasi, salam hangat selalu mbak @mariska.lubis

Aku lebih sering menggunakan kata "aku" sih kak untuk sebuah tulisan. Karena lebih enak aja gitu nulisnya. Hehehe

Kata "saya" sering digunakan dipagi hari, misal: "maaf pak, saya terlambat lagi hari ini" sedangkan kata "aku" sering digunakan di malam hari, misal: "aku masih nge-blog yank, kamu tidur duluan ajah" :D

Beliau memilih menggunakan kata “Saya” untuk menjelaskan posisinya yang sama dengan yang lain tetapi juga tetap menjaga standard kesopanan. Saya sepkat dgan ini.. 😊😊😊

itulah gaya bahasa masyarakat indonesia, semoga artikel ini menjadi pencerahan bagi kita semua tentang tatana penggunaan bahasa. terima kasih kak @mariska.lubis.
upvote saya @arifikob