Kriteria Pengemis Dan Kemiskinan

in #life5 years ago (edited)

Apa kabar sahabat steemian, saya berharap semua dalam keadaan baik-baik saja tanpa kurang satu apapun. baiklah, langsung saja, hari ini saya ingin membahas mengenai kemiskinan dan pengemis di negeri ini.
![image]()
[Source](https://thetanjungpuratimes.com/2017/07/20/kemiskinan-makin-dalam-dan-kian-parah/)

Jadi begini ya, saya khawatirnya kita ngomong kemana-mana, ternyata kriteria gelandangan, pengemis, kita nggak tau miskin itu seperti apa, jangan sampai omongan kita salah arah. Misalnya kalau anda bilang bahwa kriteria orang miskin itu adalah orang yang tidak punya penghasilan tetap, dan rumah tinggal tetap, menurut saya ini kesalahan fatal, yang mau tidak mau kita ikuti selama ini.

Oke, akan saya jelaskan, orang yang tidak punya tempat tinggal tetap dan tidak punya penghasilan tetap, di anggap pengemis. Saya akan menanggapinya, tetangga saya itu tinggal tidak tetap, karena dia punya 20 rumah. Kadang tinggal rumahnya di Medan, kadang di Cempaka putih, kadang di Bintaro, kadang di Pulo Gadung. Itu tidak tetap tinggalnya, tapi rumahnya 20. Apakah itu pengemis ? Bukan !

Berarti itu salah. Kemudian pengemis, tidak punya penghasilan pekerjaan tetap. Saya juga punya tetangga, dia itu setiap hari saya lihat kerjaannya ngemis terus, tatap gitu. Jadi kerjanya tetap ngemis, masak di bilang nggak punya pekerjaan. Itu kesalahan yang kedua, yang harus kita sepakati.

Jadi yang jelas, yang di namakan gelandangan dan pengemis, lebih tepatnya adalah, orang yang tetap tidak punya rumah, atau tetap mengemis minta-minta, atau tetap tidak punya pekerjaan. Jadi, gelandangan, pengemis, masuk kategori orang miskin. Anda tau nggak kriteria orang miskin ?

Semua 50% kriteria di tentukan BPS (Biro Pusat Statistik), terus kenapa sekarang jumlah orang miskin itu bertambah. Tapi, yang ingin saya sampaikan adalah, simulasi supaya anda bisa bergairah dan juga ikut mensukseskan untuk memberantas kemiskinan, itu yang paling penting. Anda tau penyanyi cilik Tegar dulu ? Kita harus bisa belajar dari Tegar, anda tau lagunya ?

"🎶Aku yang dulu, bukanlah yang sekarang, dulu di tendang, sekarang ku di sayang"🎶

Nah, saya bisanya cuma segitu, soalnya saya nggak jago nyanyi. Jadi, Tegar itu salah satu contoh, seorang anak yang bisa belajar, dia move on. Nah, itu ada perubahan hidupnya. Sebagai pemimpin, siapapun anda adalah calon pemimpin, minim memimpin diri anda sendiri. Kalau semua bisa kita pelajari, tidak alasan kita untuk menjadi miskin, karena miskin itu sebab darimana, ada yang tau di sini ?


image
Source

Bagi yang tau, tolong kasih tau yang nggak . Orang yang terlahir miskin, bukan berarti dia hidupnya terus miskin, ingat itu !

Tapi saya ingin sedikit menggaris bawahi, masalah kemiskinan bukan hanya masalah negara kita, ini masalah Internasional. Negara maju, semaju apapun, punya masalah dengan itu. Jadi, kita jangan pernah minder punya masalah dengan kemiskinan.

Yang kedua, secara filosofi PERDA itu adalah, maksudnya begini, jangan memberi orang yang minta-minta, tapi jangan minta-minta orang untuk memberi. Sebaliknya kita harus mendidik orang yang meminta-minta, untuk minta orang untuk tidak memberi.

Berikutnya ini yang perlu di catat, negara kita tidak akan hancur, karena banyak orang miskin yang mengemis, tapi negara kita bisa hancur, karena banyaknya orang kaya yang korupsi. Itu yang harus di ingat !

Sebelum menutup tulisan ini, saya ingin berpesan, siapapun anda yang mungkin sedang membaca, dan mengikuti tulisan ini, agar tetap semangat. Jangan takut hidup anda menjadi miskin, tapi takutlah kalau hati anda yang miskin.

Salam Steemian Indonesia 💫

~Keep writing~

image

Salam Sahabat Inspiratif

Sort:  

Thanks for using eSteem!
Your post has been voted as a part of eSteem encouragement program. Keep up the good work! Install Android, iOS Mobile app or Windows, Mac, Linux Surfer app, if you haven't already!
Learn more: https://esteem.app
Join our discord: https://discord.gg/8eHupPq

Congratulations @midiagam! You have completed the following achievement on the Steem blockchain and have been rewarded with new badge(s) :

You published a post every day of the week

You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word STOP

To support your work, I also upvoted your post!

Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!

Setuju pak, itu konteksnya fokus mendorong orang agar tidak miskin materi, tanpa memahami karakteristik/prilaku bangsa ini sepertinya tidak akan pernah menjumpai titik temunya, justru terbalik-balik, seharusnya itu solusi malah dianggap masalah, seharusnya itu masalah malah dijadikan solusi. Kita terlalu minder dengan jati diri kita sendiri. Kita terlalu bangga pakai hal-hal impor terutama dari barat. Terserah orang barat mensikapi kemiskinan seperti apa, mungkin orang barat menganggap kemiskinan merupakan masalah serius bagi mereka (mungkin takut terjadi refolusi atau apa gitu) belum tentu orang-orang kita (secara makro) mensikapi keadaan itu seperti orang barat, kita berbeda dengan mereka. Mental bangsa kita tangguh, susah justru malah terpingkal-pingkal (bukan gila), tertangkap kpk aja mereka semakin percaya diri, makin murah senyum dan malah sering pakai atribut religius. Bangsa kita master untuk urusan psikologi dirinya. Selama ini makna miskin sudah direbut oleh wilayah ekonomi/industri, padahal makna miskin tidak hanya urusan ekonomi/industri. Lebih-lebih makna sukses, sudah benar-benar dikuasai wilayah ekonomi/industri, orang yang dianggap sukses kebanyakan arahnya adalah orang yang memiliki kemampuan/terpenuhi dengan baik kebutuhan finansialnya. Belum lagi kita kurang tepat memaknai profesi, misal guru, dokter, wakil rakyat, ASN, polisi, tentara, pejabat (menteri, bupati,wali kota, dll) semuanya dianggap profesi padahal itu bukan, tapi bentuk pengabdian, sangat tidak pantas wilayah kesehatan, pendidikan, agama, budaya, dan pemerintahan yang mana si orang yang menjabatnya dianggap profesi, itu semua bentuk pengabdian, ujung-ujungnya semuanya berjalan di jalur industri/bisnis/ekonomi, kalau perusahaan/proyek/pabrik itu tidak masalah, lha wilayah yang disebutkan tadi bukan untuk cari untung, tapi ranah pengabdian. Inilah permasalahan krusial yang kita hadapi, mainset. Kita terlalu dangkal melihat keberhasilan/kemajuan, hanya melihat infrastruktur yang maju, kita menilai itu parameter kesejahteraan yang paling valid, padahal dalamnya banyak yang kropos dan banyak terjadi ketidak adilan. Saya rasa pendidikan perlu direview lagi, pendidikan moderen jarang mengarahkan orang mengerti dirinya, sekarang pendidikan moderen menyuruh kita melakukan hal yang sama agar menjadi orang sama, semua disuruh menjadi orang kaya/sukses/terkenal/pemimpin/pendidik/pejabat, kan mestinya ada verifikasinya, bukan berarti melarang menjadi orang kaya dan seterusnya itu, itu bagus sebagai pendorong meraih cita-cita, ini hanya menggugah kesadaran saja. Banyak contohnya kengawuran-kengawuran mewujudkan ambisi kaya, terkenal, berkuasa tanpa memperhitungkan dampak kerugian bagi orang lain bahkan dirinya sendiri.

Tapi tidak masalah pak, itu hanya pendapat saya, lagian saya belum tentu sanggup membenahi hal-hal itu, saya cuma komentator sepak bola. Yang penting jangan miskin hati, itu kata-kata pamungkas bapak yang sangat luar biasa pak.

Terimakasih sudah membaca. Komentar anda juga sangat membangun, harapan kita semua, semoga masalah kemiskinan d negeri ini lenyap, dan berganti dengan kemakmuran.